Pasien COVID-19 Perlu Perhatikan Gejala Gangguan Mental

Pasien COVID-19 Perlu Perhatikan Gejala Gangguan Mental

Nikekuko -  Di antaranya demam, batuk kering, kelelahan, dan nyeri tenggorokan diantaranya gejala yang sudah banyak diketaui pada umumnya terjangkit infeksi COVID-19. Ada beberapa gejala lain yang berkembang setelah seseorang didiagnosis terinfeksi COVID-19 selain gejala umum tersebut .
 

Pada pengembangan masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, sebanyak 18 % pengidap COVID-19  atau demensia. Ciri-ciri atau gejala ini dapat muncul dalam 3 bulan setelah diagnosis. Risiko ini menjadi dua kali lipat dibandingkan orang yang tidak terinfeksi COVID-19.


Hubungan Infeksi COVID-19 dengan Gejala Gangguan Mental

 

Dengan gejala gangguan mental ini sebenarnya cukup kompleks pada infeksi COVID-19. Ilmuan kesehatan menduga, COVID-19 berkaitan dengan masalah kesehatan mental yang lebih tinggi. Pada umumnya mengalami kecemasan, insomnia, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang dialami pasiaen COVID-19. Tetapi, dugaan ini masih diteliti lebih lanjut tentang dampak infeksi virus corona tidak hanya berpengaruh pada fisik tetapi juga fungsi otak.
 

Munculnya masalah delirium, kecemasan, depresi, mania, insomnia, dan memori penyebab dari virus corona. Pada virus apa pun yang menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan cedera otak hipoksia, atau memengaruhi fungsi fisik sekaligus memengaruhi kesehatan mental.Wajib diwaspadai, orang dengan gangguan kejiwaan mungkin lebih rentan terinfeksi COVID-19. Sehingga, orang dengan gangguan attention deficit hyperactivity, depresi, skizofrenia, dan gangguan bipolar lebih rentan terinfeksi COVID-19.
 

Kekawatiran yang tinggi meningkatkan sirkulasi kortisol yang berdampak pada kesehatan, termasuk kekebalan tubuh berkurang. Maksudnya,memiliki kekawatiran atau kecemasan tinggi atau depresi membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi COVID-19,  sehingga infeksi COVID-19 juga Mempengaruhi Pikiran dan Otak
 

Timbulnya dari infeksi COVID-19, berpotensi memicu stres dan kecemasan pada pengidapnya. Sehingga terjadi pemicu stres dan kecemasan pada seseorang timbunya adaptasi kebiasan baru. Terjadinya stres dan kecemasan semakin bertambah ketika seseorang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.
 

Pencegahan dan melawan infeksi COVID-19 juga membebani seseorang yang mengalami gejala sedang hingga parah. Diagnosis dan pengobatan COVID-19 cenderung menjadi hal traumatis dibandingkan kondisi medis lainnya.  Infeksi COVID-19 berpotensi menjadi penyakit yang lebih parah, infeksi COVID-19 adalah penyakit baru, dan adanya ketidak pastian terkait pengobatan dan isolasi salah satu diantara penyebabnya.
 

Dalam penyembuhan ada beberapa orang mungkin perlu waktu hingga berbulan-bulan untuk pulih dari COVID-19. Sehingga menimbulkan sejumlah tantangan atau tekanan, yaitu kesulitan kembali bekerja, kesulitan merawat anak, atau kesulitan melanjutkan rutinitas normal.
 

Bahwa COVID-19 bukan hanya penyakit pernapasan, tapi penyakit yang dapat mempengaruhi banyak organ penting, termasuk otak diakui oleh para ilmuan. Penderita COVID-19 sering kali mengeluhkan komplikasi neurologis. Misalnya kebingungan, pusing, delirium, dan gangguan kognitif lainnya.
 

Bahwa virus corona dapat mengganggu suplai darah ke otak dan menyebabkan pembengkakan di jaringan otak diduga oleh ilmuan. Apa bila virus secara langsung memengaruhi sistem saraf pusat, ini dapat menyebabkan penyakit neurologis dan psikiatris yang signifikan. Di sertai, gangguan pada sistem pernapasan dapat mengurangi suplai oksigen ke otak.
 

Hubungan antara fungsi imunologis dan kesehatan mental. COVID-19 dapat mengganggu ritme sirkadian seseorang yang mengganggu kualitas tidur, menyebabkan insomnia, yang bisa berkembang menjadi masalah kesehatan mental lainnya . Contohnya depresi, kecemasan, atau perubahan kognitif lainnya. Semoga banyak orang yang semakin sadar, bahwa infeksi COVID-19 ini tidak boleh disepelekan. 

Begitu penting untuk menjaga diri dan keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjauhi kerumunan, dan mencuci tangan secara teratur). Dan dari itu, sebaiknya tetap berada di rumah saja apabila tidak ada keperluan yang penting.
 

Kalau Anda mengalami gejala infeksi COVID-19, segera hubungi untuk saran penanganan. Apabila kondisi kesehatan memerlukan perawatan intensif, Anda bisa mencari rumah sakit terdekat