Legenda Asal Usul Batu menangis di Suban Air Panas

N i k e k u k o.com

batu trisakti

Batu Trisakti

 
Dahulu kala pemerintahan dibawah naungan Kutei dari suku Rejang sangatlah berjaya, pada masa kejayaan tersebut hiduplah seorang putri yang cantik jelita, yang bernama Putri Sedepa. Kecantikan dari Putri Sedepa sangat terkenal di seluruh kutei di daerah Rejang Pat Petulai hingga ke seluruh penjuru pelosok negeri kerajaan Sungai Serut di pesisir. Konon, Putri Sedepa ini memiliki rambut yang sangat panjang, hingga menutupi mata kakinya. Putri Sedepa juga dianugerahi kesaktian yang sangat hebat, kesaktiannya ini adalah kemampuan Putri Sedepa untuk pergi kemanapun hanya dengan melangkahkan kakinya satu kali. Putri Sedepa memiliki kegemaran bermain di air (ulu sungai yang berbentuk telaga), jika ia sudah asyik bermain di air, maka ia lupa akan waktu.

Suatu hari, ketika Putri Sedepa sedang asyik melamun sambil memandang langit. Tiba-tiba...muncul dalam pikirannya untuk bertandang ke kerajaan Kayangan. Lalu sang putri pun berkata ,“Dewa yang Agung perkenankan hambamu untuk bermain ke kerajaan mu di kayangan!” pinta Putri Sedepa sambil melangkahkan kakinya satu kali. Berkat kesaktiannya, tibalah Putri Sedepa di kerajaan Kayangan yang terkenal akan keindahan alam dan pesona makhluknya. “Wah....Indahnya, betapa Agungnya Engkau wahai Dewa yang perkasa!” gumam Putri Sedepa dalam hati mengagumi, dan memuji keindahan alam yang terbentang di hadapannya. 
 
Bunga-bunga terlihat indah beraneka bentuk dan warna, dan selalu menebarkan wangi yang mampu membuat manusia manapun mabuk kepayang. Putri Sedepa sangat terpesona oleh dengan apa yang dia saksikan, matanya terus memandang ke seluruh penjuru keindahan yang di suguhkan di negeri kayangan, sampai ketika matanya terhenti ketika di melihat!!,. Oh...apa itu? tebingan batu, di tengahnya memancarkan air  yang sangat jernih, air tersebut mengalir melewati pancuran bambu seperti air terjun dan jatuh ke telaga kecil disana. Putri Sedepa berlari dengan penuh semangat menuju telaga kecil tersebut. Begitu sampai di tepi sungai, kembali ia terpukau. Belum pernah ia melihat telaga yang airnya begitu jernih seperti ini. Putri Sedepa tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain sepuas-puasnya.

Seperti biasa Putri Sedepa bila bermain di telaga akan lupa dengan waktu, tanpa ia sadari, hari pun telah menjelang petang, Dewa kayangan yang mengetahui keberadaan Putri Sedepa di telaga tersebut, kemudian menegurnya dengan bijak untuk kembali pulang ke dunia.
Putri Sedepa pun menjadi murung mendapat teguran tersebut, dan memohon kepada Dewa kayangan untuk dapat kembali bermain di telaga itu esok hari, dan Dewa kayangan juga mempersilahkannya, lalu sang putri pun pulang dengan hati yang riang. Dan keesokan harinya Putri Sedepa pun datang kembali ke kayangan untuk bermain air di telaga itu, begitu pun hari-hari berikutnya.
 
Tak terasa Putri Sedapa telah pergi kekayangan selama tujuh hari berturut-turut, tanpa di sadari, Pangeran Sakti putra dari Dewa kayangan tersebut sering memperhatikan Putri Sedepa ketika dia sedang asyik bermain air di telaga kayangan itu, Pangeran Sakti pun seketika jatuh cinta kepada Putri Sedepa yang memang memiliki paras yang sangat cantik. singkat cerita mereka berdua pun satu sama lain saling menyukai.

Hubungan Putri Sedepa dan Pangeran Sakti menyebar luas hingga meresahkan penghuni kayangan, hingga Dewa kayangan kemudian memanggil Tiga orang Sakti (Trisakti) dari bumi untuk membahas permasalahan ini, karena bagaimana pun manusia dan dewa tidak bisa di persatukan oleh tali pernikahan. Ki Gonjong, Ki Pitak, Ki Butet, ke tiga orang sakti ini adalah paman dari Putri Sedepa. Trisakti kemudian diminta pendapatnya mengenai jalinan kasih antara Putri Sedepa dan Pangeran Sakti.
                     
Ki Gonjong, Ki Pitak, dan Ki Bulet merasa malu setelah mendengar Putri asuhan mereka begitu lancang memasuki kayangan dengan memanfaatkan kesaktianya, Akhirnya Trisakti dan Dewa kayangan pun sepakat untuk menasehati masing masing anaknya, untuk memberikan pengertian kepada anak mereka masing-masing bahwa dunia mereka berbeda, tidak mungkin mereka berdua menjalin hubungan kasih apalagi di ikat dengan tali pernikahan.

Namun Putri Sedepa dan Pangeran Sakti bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka meskipun di tentang oleh keluarga mereka masing-masing dan siap menerima konsekuesinya, Karena tidak mau mendengar nasehat dari ketiga pamannya Putri Sedepa harus rela melepaskan kesaktiannya untuk dilepas oleh Trisakti setelah itu Trisakti pergi menghilang, begitupun jua dengan Pangeran Sakti yang juga harus menerima resiko yang telah diputuskan oleh sang ayahnya, Dewa kayangan menasehati Pangeran Sakti, bahwa penghuni kayangan tidak bisa hidup di bumi dengan menggunakan kesaktiannya, ketika Pangeran Sakti memutuskan untuk tinggal di bumi maka dia harus, hidup seperti manusia biasa, bekerja keras, membangun rumah, dan menjaga keluarga, tanpa bisa di bantu dengan kesaktian yang dimiliki oleh Pangeran Sakti saat ini, dan Pangeran sakti menyanggupi itu semua.

Singkat cerita Dewa pun tak bisa menghalangi niat putranya ini untuk menikah dengan Putri Sedepa, sang Dewa pun mengirim Pangeran Sakti ke bumi untuk di nikahkan dengan Putri Sedepa.
 
Waktu pun berlalu hari berganti minggu dan bulan, Pangeran Sakti dan Putri Sedepan menjalani kehidupan seperti manusia umum lainnya, mereka berdua hidup rukun dan damai di Suban Air Panas (sekarang menjadi objek wisata di Kab. Rejang Lebong). Pangeran Sakti dan Putri Sedepa bekerja di ladang yang dibukanya, namun karena Pangeran Sakti merasa ladangnya kurang luas maka ia ingin membuka lahan baru di arah utara ladangnya. Pangeran Sakti kemudian berpesan kepada istrinya untuk mengantarkan makan siang karena ia tidak bisa pulang, Putri Sedepa pun bersedia untuk mengantarkan makan siang untuk suaminya, maka berangkatlah Pangeran Sakti menuju utara ladangnya tanpa membawa bekal makanan siang.

Menjelang matahari hampir tepatdi atas kepala, menandakan waktunya Putri Sedepa untuk mengantarkan makanan untuk suaminya, dia pun bergegas pergi dengan membawa beronang didalamnya terdapat bekal makanan yang telah ia persiapkan setelah memasak tadi,.menuju utara ladangnya, di tengah perjalanan itu dia melintasi sungai kecil yang air sangat jernih, dalam hati Putri Sedepa berkata,"kenapa selama ini dia tidak mengetahui adanya sungai tersebut", ujarnya dalam hati.
Mulanya Putri Sedepa tidak tergoda untuk bermain air, teriknya matahari dan jauhnya perjalanan, kemudian ia berpikir untuk beristirahat sejenak sambil meletakkan beronang bawaannya, sambil memperhatikan air yang mengalir di sungai kecil itu, hatinya sangat penasaran dari mana asalnya sungai ini, tanpa ia sadari selangkah demi selangkah terus menyelusuri ke arah hulu sungai kecil tersebut dan lupa dengan beronangnya, sampai akhirnya dia tiba di hulu sungai kecil itu, dan matanya membesar ketika melihat air terjun ke telaga  putih bersih yang dikelilingi oleh batu alam, Putri Sedepa pun seperti terhipnotis oleh keindahan telaga itu, apalagi dia juga mendengar deburan air terjun, Putri pun tak sanggup menahan godaan hatinya, hingga seketika dia lupa dengan apa yang harus ia kerjakan. 
 
Sementara itu di tempat terpisah, sang pangeran berteduh di bawah rindangnya pohon tempat ia bekerja, sambil melihat teriknya matahari yang tepat diatas kepalanya, dalam hati, pangeran berkata"pas nian waktunyo makan siang nih", gumannya sambil mengatur posisi untuk menunggu istrinya yang akan mengantarkan makanan untuknya. Waktu pun terus berlalu namun istrinya belum juga tiba ketempat ia berkerja, sesekali matanya melihat kearah jalan setapak berharap istrinya muncul, rasa lapar dan dahaga mulai mengganggu pikirannya, dalam hati dia berkata," seandainya ia masih memiliki kesaktian, maka pekerjaan ini tidak akan terasa sulit baginya", ujarnya dalam hati.
 
Lamunannya seketika buyar karena istri yang di tunggunya tak kunjung muncul di jalan setapak yang ia pandang, rasa khawatir kemudian hinggap di benaknya." Kenapa lama pake bingit lagi, kok gak tiba juga", hatinya mulai gelisah.
 
Pangeran pun memutuskan untuk menunggu beberapa saat lagi, namun sang putri belum juga muncul di hadapannya, khawatir dengan istrinya yang belum juga tiba dan takut bila istrinya mendapat masalah di perjalanan, ia pun memutuskan untuk pergi menyusul sang putri kearah pulang ke pondoknya, di tengah perjalanan dalam hutan pangeran sangat kaget karena menemukan beronang berisi makanan milik istrinya yang sangat ia kenali dari tanda pada beronang tersebut, pangeran pun berteriak memanggil istrinya, tapi tak ada sahutan balasan apalagi istrinya muncul.

Pangeran Sakti menjadi sangat panik, dia sangat khawatir dan takut kalau istrinya tertimpah masalah saat mengantarkan makanan tadi, ia pun melihat-lihat ke tanah mencari-cari jejak karena dalam pikirannya, jangan- jangan istrinya bertemu dengan binatang buas, namun dia tidak menemukan apa pun, kekhawatiran hatinya pun semakin menjadi-jadi, ia pun masuk ke dalam hutan, tanpa tahu ke arah, siang pun berganti petang, pangeran belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan istrinya, hingga akhirnya ia tiba di tepi sungai kecil, lalu pangeran bergegas meminumnya sekedar untuk menghilangkan rasa dahaga dari tenggorokannya, dari kejauhan dia mendengar deburan air terjun, sayup-sayup ia juga mendengar gelak tawa suara perempuan.
Pangeran Sakti pun bergegas menuju sumber suara itu dan betapa kagetnya ia ketika mengetahui siapa perempuan yang sedang berenang di tengah telaga itu, perasaan panik yang berkecamuk dihatinya langsung berubah menjadi amarah yang teramat sangat," Putri Sedepa", teriakan keras dan lantang memanggil istrinya.
 
Keasyikan Putri Sedepa pun bubar, saat dia menyadari suara yang memanggilnya itu, Putri Sedepa terdiam melihat wajah suaminya yang merah padam sambil memegang beronang, Putri Sedepa pun tersadar atas kelalaian yang telah ia lakukan.
 
Pangeran Sakti sangat kecewa dan terluka hatinya atas apa yang telah dilakukan oleh istrinya, ia pun teringat nasehat dari ayahnya, tentang sifat dan kelemahan yang dimiliki oleh manusia, Pangeran Sakti pun berlutut dan memohon kepada Dewa kayangan untuk dapat kembali lagi ke kayangan, sang Dewa kayangan yang senantiasa memperhatikan anak kesayangannya dari kayangan pun mengabulkan permintaannya, seketika itu juga langit berubah menjadi gelap, angin bertiup kencang, suara petir menggelegar, kemudian tubuh Pangeran Sakti diselimuti asap putih dan hilang tanpa bekas, meninggalkan Putri Sedepa yang berteriak memanggil nama suaminya dan memohon belas kasih untuk di maafkan. 
 
Putri Sedepa berlari menuju ke dataran yang lebih tinggi  di hutan itu sambil terus memanggil nama suaminya,  perasaan bersalah dan menyesali perbuatannya tak cukup untuk mengembalikan suaminya, kakinya terasa lemas kemudian Putri Sedepa duduk bersimpuh, sambil terus memohon maaf, namun tak ada jawaban jua, hatinya diselimuti kesedihan yang mendalam, hingga matanya mengeluarkan air mata yang tiada hentinya. Waktu pun berganti, Putri Sedepa pun menghilang, konon di tempat Putri Sedepa duduk bersimpuh muncul batu persegi seperti altar dengan cekungan di permukaannya, di tengah cekungan tersebut memiliki dua lubang yang mengeluarkan air jernih, batu ini di percaya jelmaan dari Putri Sedepa, meskipun telah menjadi batu namun tetap mengeluarkan air mata.

Pesan moral dari cerita rakyat ini memberikan nasehat (khususnya kepada penulis), Setiap manusia mempunyai kegemarannya sendiri-sendiri, hingga terkadang hanyut dan larut ke dalamnya, hingga kita melupakan kewajiban yang harus kita kerjakan, tidak akan menjadi masalah bila kita sanggup membagi porsi waktu yang tepat untuk asyik bermain dengan apa yang kita sukai.

Sekian salam hormat mohon maaf atas penuturan yang kurang berkenaan. (Lilo)



Legenda Asal Usul Batu menangis di Suban Air Panas

Batu nangis