Sejarah dan Makna Bendera Merah Putih Pertama RI

Sejarah  dan Makna Bendera Merah Putih Pertama RI


Sejarah Singkat bendera Merah Putih

Kain katun itu awalnya akan dibuat baju untuk anak pertama. Namun, ketika Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat hingga membuat Jepang menyerah kepada sekutu, Indonesia pun menyatakan kemerdekaan melalui Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Fatmawati saat itu berinisiatif menjahit kain katun merah putih itu menjadi bendera pusaka untuk dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan.

“Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,” kata Fatmawati,

Ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada 10 Agustus 1945, Sutan Sjahrir yang didukung oleh golongan ‘menculik’ Sukarno yang dianggap masuk golongan tua. Termasuk Fatmawati, anaknya dan Muhammad Hatta dibawa golongan muda ke Rengasdengklok,

Tanggal 16 Agustus 1945 malam hari, mereka kembali ke Jakarta untuk persiapan Proklamasi 17 Agustus yang dijadwalkan paling telat pukul 12.00 WIB di Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Fatmawati mendengar teriakan kalau bendera belum ada  mengatakan, dia lalu berbalik mengambil bendera yang dia buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu.

“Bendera itu aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di depan kamar tidurku,” tutur Fatmawati.

Fatmawati menyerahkan bendera tersebut kepada orang berseragam untuk dikibarkan. Terdengarlah lagu Indonesia Raya tanpa diiringi musik.

  Bendera merah putih memiliki sejarah yang berkaitan dengan zaman pendudukan Jepang. Dikutip dari Kemdikbud, kelahiran bendera merah putih diawali dari janji Jepang untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia pada tanggal 7 September 1944.

Setelah memberikan janjinya, Chuoo Sangi In (badan pembantu kemerdekaan yang beranggotakan orang Indonesia dan Jepang) mengadakan sidang tak resmi pada tanggal 12 September 1944 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sidang tersebut membahas penggunaan bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia.

Sidang ini juga menghasilkan panitia bendera merah putih dan panitia lagu Indonesia Raya. Dan seperti yang kita semua ketahui, yang menjahit Sang Saka Merah Putih pertama kali adalah ibu Fatmawati.

Ibu Fatmawati menjahit bendera merah putih ketika beliau baru saja kembali ke Jakarta dari pengasingannya di Bengkulu. Pada awalnya, Soekarno meminta Shimizu yang merupakan kepala barisan propaganda Jepang, Sendebu, agar Chaerul Basri mengambil kain dari gudang di jalan Pintu Air untuk diantarkan ke jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.

Kain yang digunakan tersebut adalah kain berbahan katun halus berwarna merah putih dan panjangnya 300 cm serta lebarnya 200 cm. Bendera ini kemudian digunakan dalam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dikibarkan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud.


Arti bendera merah putih


Seperti disebutkan sebelumnya, dalam sidang tanggal 12 September 1944, dihasilkan panitia bendera kebangsaan merah putih. Panitia tersebut menggunakan warna merah dan putih sebagai simbol tersendiri.

Warna merah dalam bendera Indonesia berarti berani dan warna putih berarti suci. Sedangkan untuk ukuran dari bendera kebangsaan Republik Indonesia, memiliki rasio ukuran yang sama dengan bendera Nippon, yaitu perbandingan panjang dan lebar tiga banding dua.

Sebetulnya, warna merah putih ini mempunyai keterkaitan dengan era kerajaan Majapahit. Warna merah dan putih juga digunakan dalam gambar sembilan garis merah dan putih bendera kerajaan Majapahit.

Fakta menarik bendera merah putih

Selain sejarah dan arti bendera merah putih di atas, ada fakta menarik terkait Sang Saka Merah Putih. Bendera merah putih sempat dibagi menjadi dua bagian untuk diselamatkan dari Belanda.

Saat itu, pada tanggal 4 Januari 1946 para pemimpin Indonesia pindah sementara ke Yogyakarta karena terancam keamanannya di Jakarta. Pada saat tersebut, bendera merah putih juga ikut dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung.

Dua tahun selanjutnya, pada 19 Desember 1948, Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya, Ir. Soekarno memberikan Bendera Pusaka ke tangan ajudannya, Husein Mutahar, untuk diselamatkan.

Demi keselamatan dari penyitaan Belanda, bendera merah putih dilepas jahitannya sehingga terpisah bagian merah dan putihnya serta dibawa dengan dua tas terpisah. Barulah pada Juni 1949, dalam pengasingannya di Bangka, Ir. Soekarno menerima kembali bendera merah putih dalam satu kesatuan utuh setelah dijahit kembali oleh Hasan Mutahar dan dibawakan oleh Soejono.

Begitulah sejarah dan makna bendera merah putih. Kini, Sang Saka Merah Putih menjadi bagian dari Cagar Budaya Nasional sesuak SK Menteri no. 003/M/2015.