Fiksi – Pengertian, Jenis, Sifat, Unsur dan Contoh

 

Fiksi – Pengertian, Jenis, Sifat, Unsur dan Contoh

Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Fiksi yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, jenis, sifat, unsur dan contoh, nah agar dapat lebih memahami dan dimengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang imajiner, imajiner meskipun karya fiksi masih masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisir hubungan antara orang-orang. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah keyakinan bahwa sesuai dengan pandangan penulis terhadap masalah hidup dan kehidupan.

Kebenaran dalam fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dalam hal hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin bahkan bisa terjadi di dunia nyata dan benar dalam dunia fiksi.

Sebagai contoh, seorang wanita yang membunuh seorang pria yang memperkosanya, tapi dia dinyatakan bebas dan tidak bersalah pada kasus untuk menghilangkan kehidupan-dunia nyata manusia menurut hukum ia harus tetap di hukum. Sebuah karya sastra harus memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai sastra, unsur-unsur yang notabene akan ditemukan ketika membaca karya sastra. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, namun mempengaruhi bangunan atau organisme sistem karya sastra.
Pengertian Fiksi Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertian fiksi menurut para ahli, terdiri atas:
 

1. Menurut buku “Teori Pengkajian Fiksi” karya Burhan Nurgiyantoro

Fiksi adalah karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. (Abrahams, 1981:61). Karya fiksi menyaran pada suatu katya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan; sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
 

2. Menurut Alterbernd & Lewis, 1966:14

Fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal serta mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.

3. Menurut Hendry Guntur Tarigan


Fiksi adalah sesuatu yang dibentuk, sesuatu yang dibuat sesuai yang diciptakan, sesuatu yang diimajinasikan.
 

4. The American College Dictionary, 1960: 448
Fiksi adalah cabang dari sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatif, terutama dalam bentuk prosa, seperti novel atau dongeng-dongeng, yang ceritanya diadakan, dibuat-buat atau diimajinasikan suatu cerita yang disusun.
 

5. The Advanced lerner’s Dictionary of Current English, 1960:454)

Fiksi adalah karya sastra seperti cerita, novel dan roman; atau seni dan karya penulisan novel, cerita dan sebagainya; apa-apa yang diciptakan atau diimajinasikan/dipertentangkan dengan kebenaran.

6. Menurut KUBI Halaman 316


Fiksi adalah cerita rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan; pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.

Jenis-Jenis Fiksi

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis fiksi, terdiri atas:
1. Menurut “Teori Pengkajian Fiksi”

Terdiri atas:

1. Fiksi Historis
Artinya fiksi yang menjadi penulisan fakta sejarah. Dalam fiksi jenis ini, data-data seperti latar, beberapa tokoh dan elemen fiksi yang lain terdapat beberapa kesamaan dengan kenyataan sejarah yang ada. Jadi, terkadang fiksi jenis ini menjadi alternatif sumber sejarah, walau tidak dapat diyakini 100%.

Contoh : Arok Dedes karya Alm. Pramudya Ananta Toer, Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya.

2.  Fiksi Biografis

Artinya fiksi yang menjadi dasar penulisan fakta biografis. Fiksi jenis ini dapat dalam bentuk biografi murni dan ada yang berupa otobiografi.

Contoh : Amien Rais, Bung Tomo, Catatan Harian Seorang Demontran, Dari Paringaglik ke Kampuchea karya N.H. dini, dll.
 

3. Fiksi Sains

Artinya fiksi yang menjadi dasar penulisan ilmu pengetahuan.

Contoh : Supernova karya Dewi Lestari, Area X, The Mumy Legend.

2. Menurut buku “Perkenalan dengan Prosa Fiksi”

Terdiri atas:

1. Cerpen, novel, dan novela (formal)

2.  Alegori (berdasarkan sudut pandang tertentu)
3. Fiksi Sains (berdasarkan isi)
4. Fiksi Eksistensialis (nerdasarkan tema)
5. Novel Romantis; Realis atau Eksistensialis

6. Jenis pengalaman dalam fiksi
7. Prosa Fiksi Relaistik (dari pengalaman yang berkaitan dengan yang bersifat faktual dalam perilaku manusia)
8.  Prosa Fiksi Romantik (masalah perjuangan emosi pribadi dan desak-desakan dari luar)
9.  Prosa Fiksi Naturalis dan Proletarian (pelukisan fakta-fakta keji, kurang dapat diterima secara moral dan pelukisan tataran material yang kurang dapat diterima oleh akal sehat)
10. Prosa fiksi Gotik (cerita horor; fakta yang memancing kengerian dan melahirkan mimpi yang menakutkan)
11. Alegori, simbolisme dan ekspresionisme (fakta-faktanya dalam hubungan dengan struktur kekuatan dunia luar; misalnya : tatanan moral dan politisnya)
12. Fiksi sains dan utopian (menunjukkkan kecenderungan tatanan-tatanan material dengan menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga sesuatau tersebut tampak benar-benar terjadi)
13. Satire (pertentangan antara manusia/institusi yang tampak secara lahiriah dengan kekuasaan yang ada dibaliknya)
14. Fiksi psikologis dan arus kesadaran, otobiografis atau bildungsroman (menekankan kompleksitas atau perkembangan kehidupan batiniah individual, yaitu perasaan dan pikiran)
15.  Eksistensialis (digambarkan kekuatan-kekuatan dibalik fakta-fakta yang tak terpahamkan, tak dapat diterima, bahkan yang tak pernah terjadi; tokoh-tokohnya dihadapkan pada sesuatu yang gelap dan dilonyarkan ke dunia absurb).


Sifat Fiksi

Berikut ini terdapat beberapa sifat fiksi, terdiri atas:

  • Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
  • Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.
  • Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
  • Manusia2 yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
  • Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.


Unsur-Unsur Fiksi

Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur fiksi, terdiri atas:
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita

    - Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.
    - Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.

4. Setting :
tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :

  • setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
  • setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.5. Penokohan / Pewatakan :


5. Tokoh: digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu – tapi ini bukan PRT Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.
Bidang tokoh harus digambarkan :

    - Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb
    - Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.

6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan. Penghadiran bisa dengan :

    - gaya orang pertama —> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
    - gaya orang ketiga —> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.

7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.
Semua point ini harus dihadirkan secara utuh sehingga fiksi baik itu berupa cerpen, novel, drama, skenario film / sinetron sehingga pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai daya imajinatif; mempunyai tafsiran tentang tokoh, suasana, dsb; terhadap karya fiksi tersebut.  Jangan lupa : tema, plot, alur, dan setting juga harus jelas sehingga karya fiksi benar2 utuh sebagai karya seni bukan berupa sekadar curahan hati (seperti diary.

Langkah Pembuatan Fiksi

Berikut ini terdapat beberapa langkah pembuatan fiksi, terdiri atas:

1. Ide
Tanpa ide kita layaknya balon yang tertiup udara yang entah kan terbang ke mana. Untuk itu, ide adalah modal saat bagi kita untuk menentukan arah den tujuan ke mana kita melangkah. Ide dapat kita petik dari berbagai sumber. Baik secara formal maupun non formal. Baik pengalaman pribadi, teman, atau lingkungan.
 

2. Pengembangan Ide
Setelah kita mendapatkan ide, make kita harus mampu mengembangkan ide tersebut. Misal, saya ambil contoh. Kite mendapatkan ide untuk membuat suatu novel tentang kehidupan seorang anak adopsi. Make kita harus mengembangkan cerita ini. Bagaimana alur ceritnya, tokoh-tokohnya, karakter tokoh, dan masalah-masalah yang akan kita tulis dalam setiap babnya.
 

3. Membangkitkan daya imajinasi
Dalam pengembangan ide ini, kita harus mampu membangkitkan daya imajinasi kita. Kita dapat berkhayal setinggi mungkin dan menciptakan sesuatu hal yang mungkin tidak masuk akal ( tetapi dalam karya fiksi, hal ini bisa saja terjadi, contoh Novel Harry Potter karya J. K. Rowling ).
 

4. Menuliskan sinopsis
Setelah terbentuk sempurna, gambaran cerita yang akan kita buat, maka kita dapat menuliskannya menjadi sebuah sinopsis. Sinopsis ini berupa cerita singkat dari cerita saat hingga akhir (ending).
 

5. Membuat kerangka karangan
Dalam pembuatan kerangka karangan, kits dapat membagi cerita ke dalam beberapa bab. Misal dalam novel The Power Of First Love (karya Syarifah Aliyyah) terdapat 19 bab dan dalam novel Kawin Kontrak (karya Syarifah Aliyyah) terdapat 12 bab. Pada setiap bab, terdapat beberapa adegan (scene). Maka kita dapat menuliskan berapa banyak bab yang akan kita buat. Lalu adegan apa saja yang akan kita masukkan ke dalam cerita tersebut.
 

6. Mulai mengembangkan cerita
Dalam tahap ini merupakan proses yang amat panjang. Kite harus mampu mengolah kata, agar menjadi sajian yang hangat bagi para pembaca. Mengembangkan cerita yang kita inginkan dengan berbagai adegan yang romantis, melankolis, ataupun tragis.
 

7. Proses Editing
Ketika cerita kita telah selesai, maka kita perlu mengedit cerita tersebut. Dalam proses ini kita cukup membaca ulang hasil karya kita, sekaligus membetulkan kata yang salah ketik, ejaan atau kalimat yang rancu, tanpa harus mengubah alur cerita.
 

8. Pencarian penerbit
Tentulah kita ingin agar karya kita diterbitkan. Maka kita harus mencari penerbit yang berminat untuk membantu proses penerbitan karya kita itu. Alamat penerbit dapat kita peroleh dari beberapa buku yang kita miliki. Lalu catat alamatnya dan kita dapat melakukan kontak kepada penerbit via telepon.

Contoh Fiksi

Berikut ini terdapat beberapa contoh fiksi, terdiri atas:
1. Contoh Fiksi Roman
Terdiri atas:
    a. Katak Hendak Jadi Lembu (Roman Psikologi)
    b. Si Dul Anak Jakarta (Roman Anak dan Remaja)
    c. Neraka Dunia (Roman Pendidikan)
    d. Mencari Pencuri Anak Perawan (Roman Kriminal dan Detektif)
    f. Gadis Empat Zaman (Roman Percintaan)

2. Contoh Fiksi Novel

Terdiri atas:
    a. Dilan 1990
    b. Siti Nurbaya
    c. Tenggelamnya Kapal Vander Wick
    d. Ketika Cinta Bertasbih

3. Contoh Fiksi Cerita Pendek

Terdiri atas:
    a. Cinta Tak Kunjung Tiba
    b. Oh Mama Oh Papa