Apa Itu FOMO dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental?

Apa Itu FOMO dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental?

NIKEKUKO.com -
Tak bisa dipungkiri, hidup di tengah gencarnya media sosial seperti sekarang membuat siapa pun rentan merasa cemas jika tidak mengikuti tren tertentu.

Contohnya ketika warga Jakarta rela antre berjam-jam demi membeli sandwich ‘Subway’ di sebuah mall. Atau saat sebuah produk sepatu kekinian launching, ratusan orang sampai berdesak-desakkan hanya untuk mendapatkan produk tersebut.

Hal ini ternyata menjadi perhatian khusus di kalangan medis khususnya di bidang kesehatan mental. Dikenal dengan istilah FOMO atau fear of missing out, apakah kamu termasuk yang mengalaminya juga?

FOMO dan hubungannya dengan media sosial


Dilansir dari NCBI, istilah FOMO mengacu pada perasaan cemas yang muncul karena kamu merasa kehilangan pengalaman berharga yang dimiliki orang lain.

FOMO juga dapat diartikan sebagai sifat yang mendorong seseorang, untuk terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain, misalnya melalui media sosial.

Ya, mudahnya seseorang ‘mengintip’ kehidupan orang lain lewat media yang satu ini, secara tidak langsung rentan memicu perasaan ‘tertinggal’ yang dihadirkan FOMO.

Fungsi media sosial untuk ‘memajang’ berbagai peristiwa dan kebahagiaan, juga membuat itu semua tampak menjadi sebuah kompetisi. Hal ini lah yang menjadi awal mula mengapa media sosial sangat rentan membuat seseorang mengalami FOMO.


Potensi bahaya FOMO bagi kesehatan mental

Amy Summerville, PhD, profesor psikologi di Miami University mengatakan kepada Healthline, bahwa FOMO adalah masalah sosial yang tidak bisa disepelekan.

Terlebih jika kita terbiasa melihat apa yang dilakukan teman-teman kita setiap saat melalui media sosial. Berikut adalah beberapa dampak serius FOMO pada kesehatan mental.
1. Rentan membuat tidak puas pada kehidupan

Perasaan FOMO yang intens bisa jadi merupakan tanda ketidakpuasan terhadap kehidupannya sendiri.

Misalnya, orang yang mengalami depresi tingkat rendah atau distimia lebih mungkin mengalami FOMO karena berpikir setiap orang bersenang-senang, sementara ia tidak.

Padahal persepsi ini tidak benar. Namun sayangnya orang yang tidak bahagia dengan keadaan mereka lebih rentan mempercayai hal seperti itu.
2. Meningkatkan kecemasan, hingga depresi

Sebuah studi berjudul “No More FOMO: Limiting Social Media Decreases Loneliness and Depression” berupaya menemukan hubungan antara media sosial dan depresi.

Di situ para peneliti menugaskan 143 mahasiswa University of Pennsylvania ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diizinkan bermain media sosial tanpa batasan. Sedangkan yang kedua memiliki akses media sosial yang dibatasi hanya 30 menit selama tiga minggu.

Hasilnya diketahui bahwa kelompok kedua melaporkan tingkat keparahan depresi dan kesepian yang lebih rendah daripada yang mereka alami pada awal penelitian.

Kedua kelompok juga melaporkan penurunan kecemasan dan FOMO, karena keterlibatan mereka dalam studi ini membuat mereka lebih menyadari waktu yang dihabiskan untuk bermain media sosial.


3. Menyebabkan perilaku berbahaya

Dilansir dari Very Well Mind, sebuah artikel menyebutkan bahwa selain meningkatkan perasaan tidak bahagia, FOMO juga berkonstribusi dalam menyebabkan perilaku berbahaya.

Ini terlihat dari adanya kaitan antara FOMO dengan gangguan mengemudi yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.
4. Menurunkan rasa percaya diri

Kekhawatiran yang terus-menerus tentang apa yang dilakukan orang lain, hanya akan membuat rasa percaya diri kamu semakin berkurang.

Ini karena pada faktanya, FOMO menyebabkan orang memusatkan perhatian mereka ke luar daripada ke dalam diri mereka sendiri. Pada gilirannya, hal tersebut dapat menyebabkan mereka kehilangan identitas dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.
 

Mengatasi FOMO

Salah satu cara sederhana yang bisa kamu lakukan agar bisa lepas dari dampak buruk FOMO terhadap kesehatan mental, adalah dengan lebih banyak bersyukur dengan apa yang kamu miliki.

Kamu juga perlu lebih tajam memilah mana yang penting untuk dilihat di media sosial, dan mana yang tidak. Dengan begitu kamu akan mengurangi potensi merasakan FOMO karena terus melihat apa yang tidak perlu kamu lihat di media sosial.