Ternyata Lebah Bermimpi dalam tidur? Mimpi Paling Dasarnya Aroma dan Warna Bunga

 

Ternyata Lebah Bermimpi dalam tidur? Mimpi Paling Dasarnya  Aroma dan Warna Bunga

NIKEKUKO - Sebuah studi terbaru menunjukkan lebah dapat menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang ketika mereka tidur, sama seperti yang manusia lakukan ketika kita bermimpi.

Dari semua perbedaan yang tampak dengan jelas, manusia dan labah madu memiliki persamaan dalam lembar kehidupan. Kita berdua merupakan spesies sosial. Ketika manusia berbicara dan menulis untuk berkomunikasi, lebah madu menari terhadap satu sama lain; menggoyangkan badan mereka selama durasi tertentu di sudut di mana kantung madu atau serbuk sari yang dapat ditemukan di luar sarang.

Tetapi hanya lebah penjelajah – paling tua dibandingkan beberapa tipe kasta lebah madu – yang melakukannya. Seperti dalam populasi manusia, koloni lebah madu terpisah dalam sektor pekerjaan yang berbeda. Ada yang menjadi pembersih, perawat, penjaga keamanan, tidak menyinggung lebah-lebah yang memiliki pekerjaan tunggal untuk menyembunyikan madu di sarang.

Sesuai usia, lebah madu memiliki pekerjaan yang beragam, dari pembuangan limbah sampai yang lebih dikenal sebagai penjelajah.

Mirip dengan ritme sirkadian kita, lebah madu tidur antara lima dan delapan jam per hari. Dan bagi lebah penjelajah, berlangsung pada siklus siang malam, dengan lebih banyak istirahat pada malam hari ketika kegelapan mencegah mereka untuk mencari serbuk sari dan madu.

Tetapi, mengingat sarang bagi lebah adalah untuk produktivitas dan hasil, mengapa sebagian populasi harus membuang sepertiga waktu mereka untuk beristirahat? Apa manfaat dari tidur?

Selama beberapa tahun terakhir, beberapa ahli sains telah memulai untuk mengungkapkan mengapa lebah madu butuh beristirahat; penemuan mereka menambah daftar dalam rangkaian yang kami bagikan.

Sejak Aristoteles mempelajari monarki dari koloni lebah pada abad ke tiga sebelum masehi, spesies Apis mellifera telah dipejari oleh para generasi yang mendedikasikan pada sains, masing-masing dapat menemukan sesuatu yang sama sekali baru.

“Hidup lebah seperti sebuah keajaiban: semakin Anda menariknya, semakin terisi dengan air,” tulis Karl von Frisch, penerima nobel dari Jerman yang menerjemahkan goyangan tarian lebah pada 1950.

Saat 1983, seorang peneliti Walter Kaiser membuat penemuan baru: lebah madu tidur, Dia melihat melalui observasi terhadap sarang, Kaiser mencatat bagaimana lebah beristirahat mulai dengan kaki, kemudian meletakkan kepalanya di lantai. Antenanya akan berhenti bergerak. Pada sejumlah kasus, seekor lebah akan jatuh ke samping, seolah-olah mabuk karena kelelahan. Banyak lebah yang saling memegang kaki ketika mereka tidur.

Studi Kaiser merupakan yang pertama kali mencatat tidur hewan invertebrate. Tetapi bukan merupakan studi terakhir. Kecoa-kecoa yang terbuang, kepakan lalat buah dan irama gerakan ombak ubur-ubur semuanya memiliki periode tenang.

“Bukti menunjukkan untuk meluruskan gagasan ini bahwa tidur dilakukan seluruh binatang,” kata Barrett Klein, pakar biologi tidur dari Universitas Wisconsin Wisconsin–La Crosse. "Tidak ada pengecualian yang dapat diterima secara universal.”

Lazimnya, tidur tampaknya menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan yang kompleks. Untuk memahami bagaimana lebah madu tidur, deretan ahli sains telah memelihara lebah penjelajah yang bangun pada malam hari. Bagaimana mereka bekerja tanpa tidur? Tak begitu baik tampaknya.

Untuk satu hal, mereka tak bisa berkomunikasi dengan baik. Sebagai gantinya mereka menampilkan goyangan tari mereka dengan akurasi yang luar biasa, lebah yang mengantuk menjadi ceroboh. Tarian interpretasi mereka gagal untuk menerjemahkan arah sumber makanan yang menguntungkan.

Dan sejak rekan satu sarang mereka menggunakan informasi ini sebagai panduan untuk perjalanan mereka mencari makan, mereka tampak sedikit tersesat, membuang waktu dan energi pada sayap mereka. Seluruh koloni menderita.

Lebih lanjut, lebah madu yang kekurangan tidur akan sulit untuk kembali ke sarang jika mereka mengunjungi bunga segar, menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembalikan orientasi mereka dengan langit dan lingkungan sekelilingnya sebagai kompas mereka. Bahkan banyak yang tersesat dan tak pernah kembali, jadi tempat istirahat mereka menjadi permanen.

Tampa tidur yang baik di malam hari, kemudian, lebah madu mulai melupakan aktivitas yang seharusnya menjadi naluri kedua bagi mereka. Dan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada 2015 lalu, Randolf Menzel dan koleganya dari Universitas Berlin menyampaikan penjelasan yang masuk akal mengapa itu dapat terjadi.

Seperti yang didokumentasikan manusia, tidur yang pulas ( yang dikenal sebagai tidur gelombang lambat) mengkonsolidasikan ingatan, memindahkan mereka dari memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Menzel dan timnya ingin mengetahui apakah hal itu juga terjadi pada lebah madu.

Pertama, mereka harus mengajari mereka sesuatu yang baru; dengan itu mereka kemudian dapat menguji kulaitas pemindahan memori jangka pendek mereka. Mereka memilih sebuah protokol mencoba dan mengetes, yang dikembangkan Menzel pada 1983.

Ketika makan, lebah madu memamerkan perilaku stereotipe mereka: melekatkan bagian mulut yang mirip tabung, atau belalai, untuk menyeruput makan malam.

Tetapi dengan menampilkan lebah madu dengan bau dan letupan panas ketika mereka makan, respon yang diperlihatkan melalui belalai ini PER dapat timbul meski tidak ada makanan yang tersedia.

Dalam hal ini lebah madu setara dengan respon anjing yang diperkenalkan oleh Pavlov. Berbeda dengan sebauh lonceng, lebah ini terasosiasi dengan bau bercampur panas.

Hanya lebih mudah untuk mengondisikan lebah dibandingkan anjing. Lebah madu merupakan cepat belajar, dihubungkan dengan bau dan panas dengan makanan setelah satu sampai tiga percobaan. Setelah itu, terjadilah PER tanpa membutuhkan sebuah penghargaan.

"Jika Anda bekerja dengan mereka, Anda akan menyadari dengan cepat bahwa mereka sangat pintar," kata Hanna Zwaka, salah seorang penulis penelitian itu. "Mereka juga sangat cantik untuk dilihat ketika mereka belajar".

Satu kondisi, para lebah diizinkan untuk tidur sepanjang malam dalam tabung plastik mereka sendiri. Ketika mereka tidur sendiri, tim mengekspose sejumlah lebah madu untuk mengkondisikan bau mereka dalam tahapan tidur yang berbeda, mulai dari tidur ringan hingga pulas, mengizinkan semua aktivitas dalam otak mereka untuk lebih distimulasi.

Sebagai kontrol, sebuah kelompok lebah yang terpisah terpapar bau yang netral - minyak parafin- yang tidak dapat diaktifkan kembali dalam respon yang dikondisikan.

Ketika lebah madu bangun pada esok hari, uji memori akan dimulai. Apakah lebah-lebah dengan pengingat di malam hari dapat mempertahankan respon pengkondisian mereka - melekatkan belalainya - dalam waktu yang lama dari yang tidak melakukannya?

Ya, tetapi hanya ketika bau dan panas hadir dalam setiap tahap tidur yang pulas, seperti yang kita perkirakan untuk memperkuat ingatan saat tidur yang terajdi pada manusia. Menunjukkan bau dan panas satu saat yang lain, tidur yang lebih ringan tidak menawarkan keuntungan dalam penyimpanan ingatan.

Meskipun tubuh mereka mungkin tidak aktif selama tidur nyenyak, otak lebah madu tampaknya tidak begitu. Aktivitas hari sebelumnya kembali aktif, menstabilkan ingatan yang rapuh dan mengubah mereka menjadi bentuk yang permanen dari apa yang dapat diakses pada esok harinya - atau mungkin bahkan di masa mendatang.

Ketika tikus tidur, konsolidasi ingatan telah menunjukkan untuk bekerja seperti memutar kembali sebuah tape: mempelajari respon, seperti menyempurnakan labirin yang kompleks, mengulang lagi dan lagi dalam rangkaian yang sama yang mereka alami; Dar putaran yang benar ke yang salah, neuron demi neuron dalam otak.

Studi yang dilakukan Menzel dan koleganya menambah sejumlah bukti yang sulit dijangkau yang mungkin juga terjadi pada lebah.

"Ini merupakan sebuah penelitian yang indah yang memperhatikan ingatan," kata Klein. Tetapi memprotes:" Apakah hasilnya berkaitan dengan tidur nyenyak sudah selesai didiskusikan atau tidak." Tidak ada penelitian yang jelas mendemonstrasikan tahanan atau kedalaman tidur pada serangga, kata dia; hanya menjanjikan petunjuk dan saran.

Kedua laboratorium berharap dapat mengulangi hasil penelitian ini dengan lebih singkat dan menemukan metode.

Dengan kemungkinan pengaktifan kembali ingatan pada lebah yang tertidur, penelitian Menzel menimbulkan pertanyaan apakah lebah madu bermimpi,

Pada manusia, mimpi dianggap sebagai sebuah fenomena tidur REM, hingga membatasi kemungkinan bermimpi pada mamalia, burung, dan (yang terbaru) reptil; kelompok hewan yang memiliki gerakan mata yang sama ketika tidur.

Tetapi ini bukan masalahnya. Selama dekade terakhir, peneliti telah mengungkapkan bahwa mimpi dapat memicu tidur gelombang lambat, sebuah analog bagi tidur nyenyak hewan lebah.

Ketika bangun dari tidur gemombang lambat, orang seringkali memanggil kembali mimpi non-naratif seperti rumah, wajah, atau hewan peliharaan. "(Karena itu), jika lebah bermimpi, itu akan menjadi mimpi yang paling dasar," kata Zwaka. "Bau yang khusus, sebagai contoh. Atau sebuah warna bunga, seperti kuning atau biru."

Keajaiban biologi lebah tidak dimanapun juga, mendekati kekosongan.