Kredit Tanpa Agunan (KTA) Bahaya Bagi Kesehatan Bank

 

Kredit Tanpa Agunan (KTA) Bahaya Bagi Kesehatan Bank

Nikekuko.com - Saat ini bank-bank di Indonesia sedang berlomba-lomba menawarkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) kepada masyarakat. Genjarnya program ini membuat masyarakat terbantu pada saat membutuhkan dana mendesak dalam nominal tertentu yang cukup besar. Hal ini berdampak berbagai kebutuhan bisa terpenuhi hanya dengan pinjam uang ke bank tanpa jaminan seperti kebutuhan pendidikan yang sangat mahal saat ini atau berobat ke rumah sakit.

Bagi pengusaha juga pasti butuh dana dari bank, tetapi terkendala untuk mengajukan pinjaman usaha karena harus ada jaminan rumah. Dengan adanya KTA, orang-orang mulai mengajukan pinjaman ini. Membuat banyak orang tergiur  dengan kelebihan yakni dana bisa cair dengan cepat tanpa banyak prosedur yang harus dilewati.

 Akan Berpotensi Kredit Macet

Namun bagi para nasabah, program KTA ini pasti menguntungkan bagi bank.  Akan tetapi ternyata, bank bisa menjadi tidak sehat karena terlalu banyak memberikan dana pinjaman KTA kepada para nasabah. Shingga apa yang menyebabkan bank tidak sehat? Jawabannya adalah kredit macet.

Munculnya permasalahan yang namanya, Kredit macet yakni menumpuknya utang karena nasabah atau debitur baik perorangan atau perusahaan tidak bisa membayar kredit bank tepat waktu atau menunggak. Adapun pinjaman yang tergolong kredit macet adalah cicilan atau kredit yang tidak dibayar selama lebih dari 3 bulan. Misalnya petani, jika tidak ada cadangan bibit atau modal untuk bertani lainnya maka petani tidak bisa melakukan panen.

KTK atau Kredit tanpa jaminan ini mungkin bisa menjadi solusi termudah dan tercepat untuk nasabah, namun jika tidak diawasi dengan baik maka keuntungan bisa jadi merugikan. Bagaikan bom yang siap meledak, KTA yang tidak dikelola sangat mungkin meningkat sewaktu-waktu karena banyaknya debitur yang tidak bisa membayar utang sesuai waktu yang telah disepakati.

Berdampak bom yang meledak maksudnya adalah kredit macet berjenis KTA yang sangat banyak sehingga modal bank bisa semakin berkurang. Adanya keuntungan berupa bunga pinjaman tidak dapat karena modalnya saja mungkin tidak kembali. Persoalan kredit macet khususnya KTA memang menjadi dilema bagi pihak bank.

Risiko NPL 

Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet dalam dunia perbankan.  Adapun pengertian NPL adalah hal yang sangat penting bagi bank sehingga mereka harus menjaga NPL tetap rendah. Indikator untuk menilai kinerja suatu bank ini bisa terjadi pada NPL.  Terjadinya NPL yang rendah menandakan bank itu sehat, tetapi sebaliknya jika NPL tinggi maka bank tidak sehat karena berisiko tinggi.

NPL yang terlalu tinggi atau di atas batas yang dibolehkan maka keberlangsungan suatu bank bisa terancam. Sehingga Bank harus senantiasa menjaga agar nilai NPL rendah jika tidak ingin mengalami krisis (collapse). NPL tidak hanya dinilai dari kinerja bank, tetapi juga dari riwayat cicilan para debiturnya. Saat ini menjadi fokus utama dari kredit macet adalah para debitur.
 

Pokok masalah kredit macet bisa terobati  apabila debitur mampu mengembalikan dana pinjaman beserta denda sesuai peraturan yang berlaku. Kredit macet dalam jumlah banyak dan hampir bersamaan tentu membuat NPL bank tersebut naik. Bank berusaha untuk mengawasi tingkat NPL terutama bagi nasabah KTA.  Dengan caranya yakni meningkatkan volume transaksi kebutuhan sehari-hari.

Dampak NPL terhadap Kesehatan Bank

Pada setiap debitur harus peduli terhadap pinjaman dan NPL bank karena rasio NPL tidak hanya memengaruhi bank, tetapi juga debitur. Memiliki dampak utama NPL yang tinggi bagi kesehatan bank adalah modal semakin mengecil sehingga sulit untuk melakukan pelayanan jasa keuangan terutama penyaluran pinjaman ke debitur lain yang membutuhkan.

Pada nasabah yang pernah terjerat kredit macet maka identitasnya akan masuk ke riwayat buruk pinjaman Bank Indonesia yang disebut BI checking black list. Hal ini imbas pada individu atau perusahaan yang pernah menjadi pelaku kredit macet akan sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank lagi.  Masing- masing  bank pasti berusaha keras untuk menekan NPL serendah mungkin dengan menagih debitur yang bermasalah. Bila nasabah mengalami keterlambatan yang parah maka bank akan mengutus debt collector agar nasabah segera melunasi utangnya.

Bila fase penagihan tidak berhasil maka bank berwenang untuk melelang aset yang dijaminkan (rumah) debitur. Akan tetapi, bagaimana dengan KTA? Tidak ada hal yang dijaminkan sehingga bank biasanya lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman. Keadaan ini membuat munculnya perusahaan start up fintech yang menawarkan pinjaman kilat tanpa jaminan.

Bila ada debitur yang tidak bisa membayar pinjaman KTA dengan sengaja atau tidak ada itikad baik maka bank akan menuntut debitur melalui jalur hukum perdata karena melakukan wanprestasi. Keteledoran  debitur dalam menyelesaikan utang bisa membuat tingkat NPL naik drastis.

Adapun kredit macet berdampak negatif bagi banyak pihak, terutama bank. Kredit macet memberatkan debitur karena harus berurusan dengan debt collector, bank akan kerepotan karena harus menagih bahkan bisa merugi karena mungkin ada debitur yang tidak bisa membayar, dan masalah ini bisa berimbas se-Indonesia. Pinjaman utang dalam skala besar atau nasional bisa mengakibatkan negara terpuruk dalam krisis ekonomi seperti masalah utang kartu kredit yang menumpuk di Korea Selatan. Luasnya pengaruh yang bisa terjadi akibat kredit macet maka cobalah untuk mengontrol kebutuhan dan pengeluaran sehingga tidak perlu berutang karena ada tabungan yang bisa dipakai.

Awali hidup hemat dan rajin menabung agar tidak terpaksa berutang, kecuali dalam keadaan mendesak dan kritis. Pengaturan keuangan yang baik akan membuat kita terhindar dari utang karena uang yang ada sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan, apalagi ditambah dengan ketersediaan tabungan yang memadai. Berusaha mencoba untuk membatasi diri dari KTA.