Api Bodong Belek Mai Cawang

apibodong belek mai cawang


Berawal dari ungkapan bahasa Rejang "api bodong belek mai cawang,...." yang artinya: "Siapa yang bodoh kembalilah ke Cawang,." ungkapan ini sangat menarik untuk kita telusuri makna di balik kiasan kata dan sejarah panjangnya.


Daerah Cawang An bagi masyarakat Kab. Rejang Lebong sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Rejang Lebong, namun tidak banyak yang tahu desa Cawang An juga memberi kontribusi sejarah panjang bagi masyarakat Kota Curup.


Cawang An atau Cawang lama merupakan suatu lokasi yang terletak di Kabupaten Rejang Lebong. Cawang artinya "cabang jalan atau simpang" mungkin di karenakan desa ini merupakan simpang antara jalan lintas ke Lubuk Linggau dan Bengkulu. Pada mulanya sekitar tahun 1800 masyarakat Cawang An tinggal di Cawang Lekat. Pada saat masyarakat tinggal disana, pemimpin desa bergelar Bepatei. Pada Prosesnya Cawang Lekat dipimpin oleh 7 Orang Bepatei antara lain:

  1. Lang Reges 
  2. Bia Peing 
  3. Uben
  4. Jenaris 
  5. Jenas
  6. Ubung 
  7. Sain


Keturunan dari Bepatei Lang Reges, Bia Peing, Uben, Jenaris dan Jenas ini kemudian hidup berpencar, ada yang ke Sadei Lama, Curup lama, Talang Rimbo Lama, Air Putih Lama, sedangkan keturunan dari Bapatei Ubung pindah ke Cawang lama, sementara itu keturunan dari Bepatei Sain  pindah ke Cawang Baru. Adapun alasan perpindahan dari Cawang Lekat ke Cawang Lama di karenakan sulitnya akses jalan menuju desa tersebut (Cawang Lama ini berlokasi di pegunungan Air Tik Tenggung). Namun belum diketahui berapa lama masyarakat bermukim di Air Tik Tenggung ini. Akhirnya masyarakat memutuskan kembali pindah menuju Talang Nawek (Pemukiman sekarang). Alasan dari perpindahan tersebut karena mencari tempat yang mendekati sumber air sehingga mudah untuk bercocok tanam. Sejarah Talang Nawek ini berasal dari nama seseorang yang bernama Nawek yang pertama kali bermukim di sana, lalu di ikuti oleh masyarakat lain untuk pindah ke lokasi tersebut hingga saat ini tempat yang didiami bernama pemukiman Talang Nawek.


Masyarakat adat mulanya berinteraksi dengan Kolonial Belanda sekitar tahun 1914, seorang Insinyur pertanian dari Belanda yang bernama "Onder Neming", untuk pertama kalinya mengatakan tempat tersebut sangat cocok untuk perkebunan kopi, sehingga sejak itu dibuatlah perkebunan kopi secara besar-besaran oleh kolonial Belanda, disinyalir dari sinilah bermula perkebunan kopi yang ada di Kab. Rejang Lebong Dan sekitarnya hingga saat ini, tak sampai hanya di sana Kolonial Belanda juga membuat jalan sepanjang 13 Km dari Cawang baru menuju ke Air Simpang, dan mendatangkan orang Jawa sebagai tenaga kerjanya. Orang Jawa yang ditransmigrasikan dan penempatanya di “Mirasi”. Selain proses pengembangan Kopi, Pihak Kolonial juga tertarik dengan budi daya rempah lainnya yaitu kayu manis, yang hingga pada akhirnya kayu manis menjadi nama suatu desa disana yang bernama sama yaitu desa "Kayu Manis". Untuk pengolahan hasil perkebunan, Kolonial Belanda mendirikan pabrik, pabrik ini yang  terbesar di Bengkulu pada saat itu.


Di tahun 1926, gencarnya perlawanan terhadap Kolonial ini, secara berlahan Belanda mulai menghentikan kegiatan pabrik tersebut dan meninggalkan  Cawang, hingga akhirnya di tahun 1942 pun masyarakat adat terlibat pertempuran hebat dengan pasukan Jepang.


Aturan-aturan adatnya masih diberlakukan sampaikan sekarang. Menurut pepatah orang tua aturan adat Rejang ” Tidak Lekang Kena Panas dan Tidak Hancur Kena Hujan” yang artinya Aturan Adat Rejang tersebut tidak bisa diganti.


Sebutan untuk pemimpin adat pada awalnya "Bepatei" yang di kemudian hari berubah menjadi "Ginde". Tetapi sejak adanya Desa maka mulailah ada kepala desa. Siapa yang menjadi Ginde pada waktu itu otomatis menjadi Kepala Desa. Setelah ada desa peran dari kelembagaan adat sendiri masih tetap ada. Pada tahun 1984 terjadi pemekaran wilayah. Dimana Rejang Kayu manis yang awalnya merupakan bagian dari Cawang Lama, mekar menjadi Desa Kayu Manis. Walaupun secara administrasi pemerintah sudah berbeda, namun secara kelembagaan adat masih tetap berada dalam kelembagaan adat Kutei Rejang Cawang An.


Disaat kita lupa dan sulit untuk melangkah, ada baiknya kita menyelusuri sejarah, mungkin kita akan menemukan arah untuk menentukan tujuan tersebut, terima kasih semoga bermanfaat.,(dikutip dari berbagai sumber).