Arti Makna dari Tata Rias Pengantin Suku Adat Bengkulu dalam Acara Bimbang Gedang

 

Arti Makna dari Tata Rias Pengantin Suku Adat Bengkulu dalam Acara Bimbang Gedang

Nikekuko - Adapun yang dinamakan atau yang dimaksud dengan Ucapan Bimbang Gedang yaitu suatu perayaan yang dikerjakan oleh orang banyak baik laki-laki maupun perempuan, tua, muda, bujang  dan gadis yang cukup rukun dan syaratnya serta dijiwai dengan adat lembaga yang khusus, sehingga ia bernama adat lembaga bimbang, sedangkan arti Gedang adalah besar.

 

Bimbang gedang berarti merupakan suatu perayaan besar yang dikerjakan oleh orang banyak dan pelaksanaannya diatur menurut adat yang berlaku.

 

Adapun tata rias pengantin yang telah diwarisi oleh masyarakat suku bangsa Melayu Bengkulu, bila dilihat dari segi bentuk dan alat perlengkapan upacara serangkaian dengan pelaksanaan upacara perkawinan Bimbang gedang dapatlah digolongkan dalam tata rias pengantin klasik tradisional yang masih membawa upacara perkawinan yang berlaku pada zaman kerajaan dahulu.

Unsur-unsur pokok pada Pengantin Wanita.

-  Bagian-bagian dari tata rias terletak pada tata Sanggul yang terbagi atas dua bentuk sanggul:

1. Tata rias sanggul Sikek atau gonjong Sikek. 

Yang dimaksud dengan tata rias sanggul Sikek adalah, sebentuk sanggul yang penataannya dililitkan pada sebentuk sisir khusus yang dilapisi dengan perak bersepuh emas.

 

Di atas bangunan sanggul Sikek dicacakan beberapa sunting antara lain 

1.Sunting bungo meh atau bunga emas sebanyak dua tangkai.

2. Sunting kembang intan lima tangkai.

3 .Sunting burung-burung empat tangkai

4. Seuntai rantai rago-rago yang dililitkan pada sanggul sedangkan disisi kiri dan kanan sanggul ditusukkan dua pasang atau empat buah tusuk konde yang oleh masyarakat Bengkulu di namakan  tusuk kondai balon permata intan.

 

Fungsi dari sanggu atau Sikek ini digunakan pada awal bimbang gedang akan dimulai dalam acara perempuan melaksanakan sembah sujud kepada orang tuanya dan semua sanak famili inti dari pengantin.

 

Di samping itu sanggu atau Sikek digunakan pula sewaktu pengantin perempuan menantikan pengantin laki-laki pulang minum sewaktu kedua pengantin melaksanakan menjelang dua kali atau melaksanakan sembah sujud kedua kali pada kedua orang tua pengantin laki-laki. Kemudian sanggul Sikek dapat juga dipakai pada waktu pengentin perempuan akan menghadiri undangan temannya. Mejelang waktu sebelum sebelum satu bulan masa perkawinannya berlalu.

 

Selanjutnya sanggul Sikek dapat juga dipakai pada waktu melaksanakan upacara mencukur anaknya yang pertama.

Dalam upacara perkawinan seorang Janda dengan seorang bujang sanggul Sikek dapat pula dipakaikan pada pengantin perempuan.

Bila terjadi perkawinan seorang Janda dengan Duda sanggul Sikek tidak boleh dipakaikan.

 

- Sanggul lipek Lipek  Pandan

Sanggul lipek pandan adalah merupakan sebentuk sanggul yang dibangun dengan mempergunakan lipat daun pandan.

Sanggul ini terletak di atas, ditengah kepala dibangun dalam posisi memanjang kesamping dalm ukuran besar yang diperlukan.

Kegunaan dari daun pandan disamping untuk mengharumkan rambut juga diperlukan untuk tempat menusukan sunting. Bagi seorang pengantin yang cukup panjang bantuan daun pandan tidak banyak diperlukan tetepi bagi pengantin yang rambutnya pendek disamping daun pandan masih diperlukan sejenis bahan berbentuk pelepah pisang dan rambut cemaero yang maksudnya pada saat menusukan sunting tidak mengenai kulit kepada si pemakai.

Adapun sunting yang dipakai sanggul  Lipek Daun pandan yaitu :

1. Sunting kembang emeh atau emas sebanyak sepuluh tangkai yang ditusukkan diatas sanggul.

2. Sunting kembang intan sebanyak sepuluh tangkai yang ditusukkan dibarisan depan sunting kembang     emeh.

3. Sunting bungo emeh sebanyak dua tangkai ditusukkan di sisi kiri dan kanan diatas telinga.

4. Sunting burung-burung sebanyak enam tangkai yang ditusukkan dibawah sunting kembang emeh        dalam posisi berlawanan memanjang kesamping.

5. Tusuk kondai balon sebanyak dua buah di tusukkan pada sisi kiri-kanan sanggul.

 

Disamping sunting ada beberapa jenis hiasan kepala yang masih perlu ditempatkan yaitu hiasan gunjai manik sebanyak dua buah yang digantungkan  sisi kiri dan kanan di depan telinga sebentuk gunjai pita yang terdiri dari sembilan lembar pita yang masing-masing tiga lembar berwarna hijau, tiga lembar berwarna kuning, tiga lembar berwarna merah. Yang berukuran kurang lebih 75cm.

 

Makna yang terkandung pada perhiasan gunjai pita ini warna pita hijau melambangkan kemakmuran dengan harapan semoga kedua mempelai dapat hidup rukun dan damai sejahtera.

Makna warna merah melambangkan kegembiraan dan berani menghadapi masa depan yang cerah.

Makna warna pita kuning melambangkan keagungan dan ketinggian budi disamping mempunyai sifat cemburu dalam mencapai tujuan hidup berumah tangga dalam arti yang baik.

 

Untuk menutup sanggul digunakan pula sebentuk hiasan yang di buat dari kepingan perak bersepuh emas  berbentuk bunga kelapa yang oleh masyarakat Bengkulu di sebut bunga kelapa.

 

Sudah merupakan suatu tradisi bagi masyarakat suku bangsa Melayu Bengkulu bahwa untuk kelengkapan tata rias sanggul lipek pandan di pergunakan seperangkat hiasan berbentuk mahkota yang oleh masyarakat Bengkulu disebut Singal.

 

Singal adalah sejenis hiasan kepala dibuat dari bahan karton tebal yang digunting berbentuk mahkota. Pada permukaan Singal dengan kain satin berwarna kuning dan ditabur dengan berbagai macam tabur permata, intan, monte dan palliet sedangkan dipinggir atas mahkota dilengkapi dengan hiasan Singal adalah merupakan perlambang pakaian seorang  permaisuri disuatu kerajaan dizaman dahulu kala.