Tradisi Menangis 30 Hari Sebelum Menikah di China

 

Tradisi Menangis 30 Hari Sebelum Menikah di China

Nikekuko - Kalau kita berkunjung ke pedalaman China, jangan terkejut kalau melihat para perempuan menangis bersama. Belum tentu berduka. Bisa jadi itu tradisi menangis sebelum pernikahan.

 

Biasanya orang akan gembira jelang hari pernikahannya. Tapi di China, sang pengantin dan keluarganya menangis selama  30 hari sebelum menikah. 

 

Ternyata itu adalah bagian dari tradisi dan pernikahan Suku Tujia di China. Suku Tujia yaitu etnis minoritas yang hidup menyebar di beberapa wilayah di China, seperti di provinsi Hunan, Hubei, Guizhou, dan Chongqing.

 

Prosesi menangis bersama ini dikenal sebagai "Zou Tang" (artinya duduk bersama di aula). Prakteknya bisa berbeda-beda, tergantung daerah mana suku Tujia tinggal.

 

Inti dari tradisi ini sang pengantin wajib menangis selama kurang lebih 1 jam setiap harinya selama 30 hari berturut-turut sebelum hari H pernikahannya.

 

Pertama-tama, sang calon pengantin wanita sendiri menangis. Dia akan menangis di aula atau sibagian ruang keluarga rumah. Setelah 10 hari berselang menangis sendirian, ibunya akan datang menemani dan mereka akan menangis berdua.

 

10 hari kemudian, sang nenek akan menyusul ibu dan calon pengantin wanita. Sang nenek akan bergabung, kemudian mereka akan menangis bertiga. Durasinya sama, sekitar 1 jam perharinya.

 

Terakhir, di 10 hari terakhir, barulah saudara-saudara perempuan sang calon pengantin wanita, serta bibi-bibinya akan turut bergabung. Jadilah semua wanita dalam keluarga sang calon mempelai wanita menangis bersama-sama.

 

Tradisi ini mungkin terlibat unik, bahkan aneh di mata kita. Namun ternyata, acara menangis massal ini rupanya ada sejarahnya sendiri, mengapa tradisi ini bisa berlangsung sekarang.

 

Dahulu, sekitar tahun 221-475 sebelum Masehi saat priode perang berdiri kerajaan Zhao dan Yan. Putri mahkota dari kerajaan Zhao diwajibkan untuk menikah dengan pangeran dari kerajaan Yan.

 

Sang ibu seperti tidak rela putrinya menikah, dan terus menangisi sang putri dan berharap dia kembali ke kerajaan Zhao sesegera mungkin. Dari situlah taradisi ini berawal. Tangisan ini rupanya tidak menangis. Acara menangis massal akan di iringi oleh iringan musik yang sedih yang dinamakan "lagu Tangisan Pernikahan". Iringan musik ini sudah seperti hymne yang mengiringi tradisi ini.

 

Ada yang mengatakan kalau sang calon mempelai wanita tidak menangis, maka dia akan jadi bahan omongan di kampungnya. Bahkan jadi cibiran sekampung.

 

Sampai ada kasus, sang ibu harus memukuli sang mempelai wanita karena tidak menangis sebelum prosesi pernikahan, meski terdengar aneh, nyatanya tradisi ini tetap lestari sampai sekarang.