Fakta Menarik Desa Umoja Tanpa Pria

 

Nikekuko - Daerah yang tak memiliki pria ini benar-benar ada bukan hanya didalam film saja. Daerah ini dihuni hanya oleh kaum perempuan yang ada di daerah namanya desa Umoja di negara Kenya.

Fakta Menarik Desa Umoja Tanpa Pria

 

Desa Umoja awalnya dibangun oleh 14 orang wanita yang terus berkembang.
1. Dibangun pada tahun 1990
 
Kampung Umoja didirikan oleh Rebecca Lolosoli, perempuan yang dari suku Samburu, 30 tahun lalu. Rebecca mengalami trauma setelah mengalami pendarahan usai di sunat, sebagai tradisi di suku tersebut.
Rebecca juga terketuk hatinya dengan nasib di sukunya, karena cuma dianggap sebagai properti pria. Saat itu, ia berjumpa dengan Jane Noomungen Lengope, yang tinggal di dekat pangkalan latihan tentara Inggris.
Jane dilecehkan oleh salah satu tentara Inggris. Bukannya mendapat pembelaan diri keluarga, dia justru diusir dalam harus kerja untuk bertahan hidup.
Kemudian, mereka bertemu dengan 13 perempuan korban perkosaan tentara Inggris lainnya dan sepakat membangun desa Umoja Uaso dengan bantuan Kementerian Kebudayaan, Warisan, dan Pelayanan Sosial Kenya.
 
2. Umoja (bersatu)
Umoja berasal dari bahasa Swaahili yang berarti bersatu. Desa itu ada didekat  Kota Archers posts di Distrik Samberu. Yang jaraknya, kurang lebih 380 km dari kota Nairobi.
Rebecca membeli tanah dikawasan itu dan membangunnya sebagai kampung dengan sistem matriarki. Kampung itu pun menjadi suaka bagi perempuan-perempuan korban kekerasan, perkosaan, dan perang.
 
3. Penghuni Desa.
Desa Umoja hanya dihuni oleh perempuan. Mereka adalah korban perkosaan tentara Inggris yang dibuang oleh keluarganya, perempuan yang lari dari pernikahan paksa, korban parktik sunat, anak yatim-piatu dan penderita HIV, korban perang dari Distrik Turkana.
 
4. Populasi
Pada 2005, populasi di Desa Umoja itu 30 perempuan dan 50 anak-anak. sepuluh tahun kemudian, jumlah penduduknya berkembang menjadi 47 perempuan dan 209 anak-anak.
5. Rumah dari Kotoran Sapi
Rumah-rumah dikampung Umoja berupa pondok manyata yang dibangun dari campuran tanah dan kotoran sapi. Para perempuan itu membangun secara gotong royong.
 
6. Tanpa Laki-laki
Desa Umoja tidak mengizinkan laki-laki tinggal di sana, kecuali anak-anak yang lahir di kampung itu.
Laki-laki tetap dibukakan pintu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan harian atau adat. Selain itu, untuk memenuhi hasrat seksual.
 
7. Berjualan Perhiasan dan Buka Wisata
Para perempuan di kampung Umoja hidup dengan matapencaharian dengan membuat perhiasan tradisional Kenya. Mereka menjualnya l melalui Pusat kebudayaan Perempuan Umoja Umaso.
Selain itu, Umaso juga membuka pintu untuk wisatawan dengan menetapkan harga tiket. Mereka juga membuka pusat kebudayaan dan pusat kemping di Cagar Alam Samburu.
 
8. Kampung Tandingan
Laki-laki di sekitar kampung itu sangat tidak terima dengan adanya desa Umoja. Mereka pun mendirikan kampung tandingan yang diisi oleh 100% laki-laki.
 
9. Pohon Pidato
Seluruh keputusan adat dibicarakan di bawah pohon Pidato. Rebecca Lolosoli bertindak sebagai pemimpin namun semua warga desa Umoja itu memiliki kedudukan setara.
 
10. Mempunyai Sekolah
Sebanyak 10% dari hasil  penjualan perhiasan itu disumbangkan untuk pajak pengelolaan kebutuhan pokok desa, khusunya sekolah. Mereka membangun sekolah dasar, yang mampu menampung 50 siswa, dan sekolah perawat.
 
Mereka juga mengandalkan turis untuk hidup, namun upaya itu gagal.  Ada suatu peristiwa Kampung lelaki itu tidak ikhlas dangan adanya keberadaan kampung perempuan sehingga kemudian meneror warga Umoja dengan berkeliling sekitar desa dan mengintimidasi serta memukuli  warga desa Umoja. Tapi pada akhirnya, warga desa Umoja bisa melawan. Dan damai hingga saat ini.