Kedurai Agung Tradisi Suku Bangsa Rejang di Pulau Sumatera, Indonesia

 

Kedurai Agung  Tradisi Suku Bangsa Rejang di Pulau Sumatera, Indonesia


Nikekuko - Kedurai agung adalah upacara adat atau ritual yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Rejang untuk berkomunikasi dengan para leluhur. 

 

Upacara ini adalah  peninggalan dari tradisi pra-Islam dalam masyarakat Rejang yang turut dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha. Saat ini kedurai agung masih dilestarikan di beberapa daerah di Lebong serta menjadi acara wajib setiap peringatan HUT Kota Curup, kota yang menjadi ibu kota budaya masyarakat Rejang. HUT Curup berlangsung pada bulan Mei.

 

 Etymology 

Istilah kedurai agung berasal dari bahasa Rejang, kedurai yang artinya kenduri, hajatan, atau perjamuan, dan agung yang artinya besar, mulia, atau luhur. 

 

Secara bahasa kedurai agung bermakna kenduri atau hajatan besar nan luhur. Dalam konteks masyarakat Rejang pra-Islam, leluhur dipuja dan dimintai pertolongan agar melindungi masyarakat dari berbagai macam bencana. Baik bencana alam, penyakit, serangan hama, maupun penyakit hewan ternak. Khususnya di daerah Bingin Kuning, kedurai agung dikenal pula dengan istilah muang apem.

 

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Masyarakat Rejang di daerah Topos melaksanakan kedurai agung pada hari ke-16 bulan Apit. Bulan Apit adalah bulan yang dipercaya sebagai masa datangnya hama dan bibit penyakit. 


Dalam Kalender Gregorius bulan Apit bertepatan dengan bulan Desember. Ada pun lokasi pelaksanaan berbeda-beda antar daerah. 


Warga Topos menggelar kedurai agung di tepian Sungai Ketahun yang merupakan salah satu dari beberapa sungai-sungai penting di Tanah Rejang.