Suku Bangsa Dayak Bakati' di Pulau Kalimantan, Indonesia



Adat Istiadat Perkawinan Suku Bangsa Dayak Bahu di Pulau Kalimantan, Indonesia


Nikekuko - Suku Dayak  Bakati’ tersebar di  Kabupaten  Sambas  dan  Bengkayang.  Subsuku Dayak  Bakati’  ini  memperlihatkan  banyaknya  frekuensi  pengucapan  kata ’kati’yang berarti ’tidak’ dalam percakapan  mereka  sehari-hari.

 

Keberagaman Subsuku Dayak dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat,  di dalam Suku Dayak Bakati’ ini dibagi lagi menjadi 12 subsuku Dayak Bakati’, yaitu: 

  1. Bakati’Kanayatn  Satango
  2. Bakati’ Rara
  3. Bakati’Kuma
  4. Bakati’Riok
  5. Bakati’Lape
  6. Bakati’ Sara
  7. Bakati’Lumar
  8. Bakati’ Sebiha
  9. Bakati’Palayo
  10. Bakati’Subah
  11. Bakati’ Payutndan 
  12. Bakati’Taria

 

Masyarakat Dayak Bakati’ pada awalnya menganut kepercayaan terhadap hal-hal yang  dianggap  gaib,  baik  kepada  roh-roh  nenek  moyang,  batu-batuan,  gunung-gunung dan  lain  sebagainya  yang  dianggap  memiliki  kekuatan  dan  mempunyai  kekuasaan  di wilayah tersebut. 

Tetapi pada saat ini sebagian besar masyarakat sudah menganut agama resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama agaman Kristen (baik Katholik maupun Protestan)  dan  ada  juga  yang  menganut  agama  Hindu.  

 

Walaupun  secara  administrasi dalam  kehidupan  bernegara  mereka  telah  memiliki  agama  resmi,  namun  dalam  praktik kehidupannya  sehari-hari,  masyarakat  Dayak Bakati’ tetap meyakini dan melaksanakan kepercayaan   terhadap   agama   lama   yang   mengandung   unsur-unsur   kegaiban   dan kesakralan.

 

Kepercayaan  masyarakat  Dayak  Bakati’  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Kuasa  atau kepada  Tuhan  yang  satu  disebut  dengan  istilah Tuan  Allah.  Tuan  Allah inilah  menurut kepercayan  mereka  yang  mengatur  segala  aspek  kehidupan.  

 

Kepercayaan  masyarakat Dayak  Bakatijuga  percaya  bahwa Tuan  Allah yang  menciptakan  alam  semesta  ini  dan kemudian  menciptakan  manusia  yang  pertama  (Adam  dan  Hawa,  dalam  versi  agama Islam), dalam bahasa Bakati’ disebut Nange’ nampa nikank’ nononk.

 

Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni

 

-Percaya dengan adanya Tuhan  yang satu dan percaya juga 

-Kepada roh-roh leluhur  atau  roh  nenek  moyang  yang  telah  meninggal. 

 

Dalam  sistem  kepercayaan  masyarakat Dayak Bakati’ memiliki kepercayaan bahwa setelah meninggal dunia, maka roh-roh orang tersebut jasadnya akan terus hidup. 

 

Bahkan, ada juga anggapan bahwa roh nenek  moyang  yang  telah  sampai  di  surga  (saruga)  dapat  kembali  ke  dunia  ini  menjadi pelindung  keluarga  atau  masyarakat.  Kepada  roh  inilah  terkadang  masyarakat  memohon perlindungan dan menyampaikan permohonan.

  

Selain itu, masyarakat Dayak Bakati’ juga percaya adanya dunia atas dan  dunia bawah.  Dunia  atas  adalah  dunia  di  mana  manusia  yang  hidup  tidak  bisa  melihatnya. Dunia  ini  hanya  ada  dalam  konsep  dan  dipercayai  masyarakat.  

 

Mereka  percaya  bahwa setelah  meninggal  roh  manusia  kelak  akan  menuju  ke  sana  dan  mereka  yang  telah meninggal  juga  tidak  semua  rohnya  dapat  menuju  ke  sana,  melainkan  sesuai  dengan perbuatan  dan  tindakannya  selama  ia  masih  hidup.

 

Sementara  orang  yang  meninggal namun  rohnya  tidak  dapat  masuk  ke  dunia  atas,  menurut  kepercayaan  mereka  tetap berada  di  dunia  bawah dan  roh-roh  inilah  yang  selalu  mengganggu  kehidupan  manusia. 

 

Ini  sesuai  dengan  perbuatan  semasa  ia  masih  hidup  yang  selalu  berbuat  jahat  sehingga Nyaibata tidak mau menerimanya.Tuhan yang satu dipercayai oleh masyarakat Dayak Bakati’ adalah yang mengatur dan  memelihara  hidup  manusia,  namun  dalam  praktik  kepercayaan  mereka  sehari-hari  , Tuhan  yang  satu  tersebut  dibantu  oleh  penguasa-penguasa  yang  menguasai  tempat-tempat  tertentu. 

 

Penguasa-penguasa  itu  berwujud  roh-roh  halus/  roh-roh  nenek  moyang yang dalam bahasa setempat disebut dengan Nyaibata. 

 

Nyaibata disamakan dengan roh-roh   yang  baik  sebab  semasa  hidupnya  ia  dianggap  orang   yang  selalu  melakukan perbuatan-perbuatan   yang  baik  dan  sebagai  orang   yang  berjasa. 

 

Nyaibata tersebut menguasai tempat-tempat tertentu, ada 

  • Nyaibata Mani Amas(penjaga gunung), 
  • Nyaibata Salina  Pusat  Pain’t (penjaga  sungai), 
  • Nyaibata  Silot(penjaga/pelindung  nyawa  yang hidup  di  dunia). 

Sementara  untuk  memelihara  manusia  sebagai  pelindung  jiwa  manusia disebut dengan Ubah Mansaridan Ngina Ukur Untung sebagai pemelihara manusia. 

 

Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ mempercayai jika Nyaibata  sebagai pembantu Tuan  Allah mempunyai  2 sifat/karakter  dalam  menjalankan  tugasnya,  yaitu karakter  baik  dan  karakter  buruk. Karakter/sifat  buruk  dari Nyaibata nampak  melalui amarahnya di antaranya terjadi malapetaka yang menimpa kehidupan manusia, misalnya wabah  penyakit,  kegagalan  panen,  dan  sebagainya.

 

Apabila Nyaibatamenunjukkan kebaikannya,  maka  manusia  akan  memperoleh  ketentraman  dan  keharmonisan  hidup.

 

 Serta  jauh  dari  malapetaka.  Untuk  menjaga  keharmonisan  dan  keseimbangan  hubungan dengan Nyaibata tersebut, maka masyarakat Dayak Bakati’ selalu mengadakan upacara-upacara  tradisional  dengan  memberikan  persembahan  kepada Nyaibata.

 

Ini  bertujuan agar  manusia  diberikan  kehidupan  yang  aman  dan  sejahtera  jauh  dari  segala  bala  dan amarah.    Sedangkan    persembahan ditujukan    kepada    para    penguasa    agar    tidak mengganggu  ketentraman  kehidupan  masyarakat.

 

Biasanya  sifat  buruk  atau  kemarahan dari Nyaibata timbul karena ketidak taatan manusia  yang telah melanggar apa  yang telah dipantangkan atau tidak mentaati norma-norma yang ada dalam masyarakat. 

 

Dalam  sistem  kepercayaan  masyarakat  Dayak  Bakati’  saat  pemujaan  tidak mengenal waktu dan hari. Apabila seseorang menginginkan berkomunikasi dengan Tuan Allah dapat dilakukan pada setiap saat dan kapan saja, namun penyampaian permohonan itu harus menghadap ke timur.