Orang Islam Tidak Sholat Tetap Hidup Kaya Raya ??

 

Orang Islam Tidak Sholat Tetap Hidup Kaya Raya ??

NIKEKUKO.com - Jarang Ibadah, Suka Maksiat Tapi Rejeki dan Karir Lancar, Hati-Hati Itu Tanda Bahaya, Ini Alasannya


Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)

Apa kamu pernah lihat ada orang yang jarang ibadah dan suka maksiat tapi malah lancar karirnya dan melimpah rejekinya?

Kelancaran rejeki diantaranya bisa diusahakan dengan berikhtiar dan berdoa serta menjaga keimanan kita terhadap Allah subhana hua ta’ala.

Namun seringkali kita lihat manusia-manusia yang membangkang dan mengabaikan aturan Allah justru diberikan kenikmatan dan rejeki yang seakan tiada habisnya.

Jangan iri atau kepikiran buat meniru mereka.

Karena sebenarnya mereka lagi diazab oleh Allah dengan jebakan istidraj.

Istidraj adalah suatu jebakan dimana seseorang diberikan oleh Allah berupa rezeki yang melimpah padahal ia selalu meninggalkan perintah Allah.

Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.

Sederhananya adalah, jika kita dapati seseorang yang semakin buruk kualitas ibadahnya, semakin tidak ikhlas, berkurang kuantitasnya, sementara maksiat semakin banyak, baik maksiat kepada Allah dan manusia, lalu rezki baginya Allah berikan melimpah ruah, kesenangan hidup begitu mudah didapatkan, tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan keluarbiasaan pada kekuatan tubuhnya.

Maka, hati-hatilah bisa jadi ini adalah istidraj baginya, bukan karamah, secara beransur Allah menariknya dalam kebinasaan.

Istidraj bisa terjadi pada hal apa saja.

Semua kenikmatan dan apa apa yang disenangi oleh manusia bisa menjadi istidraj.

Jadi kapankah sesuatu itu bisa menjadi istidraj?

Bagaimanakah kita membedakan bahwa kesenangan dan kenikmatan yang kita dapat itu adalah karunia Allah, ujian atau kah istidraj?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan,

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)

Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat. Sebagaimana keterangan Allah di dalam Al-Qur’an berikut:

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)

Istidraj sebetulnya adalah salah satu azab yang sangat mengerikan.

Karena seseorang yang sudah terkena istidraj berarti Allah sudah memalingkan perhatian dari mereka.

Sudah tidak peduli dan tidak akan memberikan peringatan lagi.

Dibiarkan bersenang-senang lalu Allah akan menjatuhkan siksa pedih padanya dalam seketika.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

“Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-An’am ayat 44,

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Syaikh As Sa’di menyatakan,

“Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).

Ditambah lagi disebabkan kesombongan manusia yang merasa bahwa rizki adalah hasil dari kepintaran dan keahlian mereka semata, sebagaimana yang Allah firmankan, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’. sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az Zumar: 49)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar tentang ayat Az-Zumar 49 ini: Tetapi kebanyakan manusia –karena kebodohan dan buruknya prasangka mereka- tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan istidraj dari Allah dan ujian bagi mereka agar mensyukuri nikmat. (Tafsir Al Muyassar, 1/464)

Tanda-tanda maksiat yang bisa berujung istidraj:


1. Ia dengan sengaja meninggalkan perintah shalat.
2. Ia dengan sengaja meninggalkan perintah puasa.
3. Saat ia berbuat maksiat dan membuka aurat, ia merasa tidak berdosa.

4. Hatinya sangat berat untuk bershadaqah.
5. Merasa bangga dengan apa yang ia miliki saat ini.
6. Mengabaikan perintah Allah dan mendekati larangannya.
 

7. Ia menganggap mudah semua perintah Allah, namun ia tidak mengerjakannya
8. Ia selalu menunda-nunda untuk bertobat dan ia merasa bahwa umurnya akan panjang
9. Ia lupa dengan kematian.


 Ciri-ciri pelaku maksiat yang terkena istidraj:


1. Rezeki yang banyak.
2. Kesenangan yang tiada habisnya.
3. Ia selalu mendapatkan pujian dari orang-orang.
4. Allah selalu memberikannya kesehatan.
5. Tidak pernah Allah berikan kepadanya musibah.
6. Hidupnya selalu aman dan nyaman

 Karena seburuk-buruk azab bagi pelaku maksiat di dunia adalah ketika mereka sedang bermaksiat tapi tidak merasa dan menyadari bahwa mereka sedang berbuat dosa.

Sehingga mereka tidak ada rasa bersalah dan tidak ada keinginan untuk bertaubat atau memperbaiki diri. Ketika pintu taubat sudah tertutup maka jadilah mereka sebagai hamba yang paling merugi hidupnya. Tidak ada jalan keluar menuju cahaya kebenaran.

Sebagaimana yang disebut Allah dalam Alqur’an surat Al-Baqoroh ayat ke 7, “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Bagaimana Bila Rizki yang Besar Itu Diperoleh Orang yang Sholeh?


Adapun jika ada kenikmatan dunia diberikan kepada orang mu’min, shalih, ahli ibadah, bukan orang kafir dan ahli maksiat, maka itu merupakan nikmat Allah yang disegerakan baginya di dunia, atau bisa juga ujian untuk meninggikan lagi kedudukannya.

Sebagaimana yang Allah firmankan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Q.S. Al-Anbiya[21] : 35)

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. Al-Anfaal [8] : 28).

Jika ia lolos dari ujian ini, yaitu ia memanfaatkan harta sebaik-baiknya, dan menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat, maka harta itu menjadi keberkahan dan karunia baginya.

Namun jika seorang muslim itu tidak kuat jiwanya dan kemudian menjadi lupa diri, tidak bersyukur, dan gara-gara kesenangan dan kenikmatan itu kemudian menjauhkan dirinya dari Allah, maka ada dua kemungkinan.

Harta itu menjadi musibah bagi dirinya dan kemudian Allah menarik kenikmatan itu agar ia kembali ke jalan yang benar.

Itu berarti Allah masih sayang pada dirinya dan berarti Allah menghendaki kebaikan bagi dirinya.

Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah".