Tau Gak yaah!! Hulu Sungai Musi Berawal dari Bukit Kelam, Kab.Rejang Lebong


Tau Gak yaah!! Hulu Sungai  Musi Berawal dari Bukit Kelam, Kab.Rejang Lebong

NIKEKUKO.com - Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.

Hidrologi

Keberadaan sungai Musi membelah kota Palembang menjadi dua bagian kawasan, yaitu Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sehingga sungai Musi, bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang.


 Tau Gak yaah!! Hulu Sungai  Musi Berawal dari Bukit Kelam, Kab.Rejang Lebong

Disebut juga sungai Musi  "Batanghari Sembilan" yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Delapan sungai tersebut adalah:

    1. Sungai Komering
    2. Sungai Rawas
    3. Sungai Leko
    4. Sungai Lakitan
    5. Sungai Kelingi
    6. Sungai Lematang
    7. Sungai Rupit
    8. Sungai Ogan


Hulu sungai

Hulu Sungai Musi berada di Bukit Kelam
, sekitar 15 kilometer dari Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. 

 

Sungai Musi menjadi muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera Selatan. Dari sumber-sumber air itulah di antaranya, air Musi berasal dan mengalir hingga sejauh 750 kilometer. Sungai Musi dan delapan anak sungai besar, serta anak sungai lainnya, telah lama berperan besar dalam perjalanan kehidupan warga. Bahkan diyakini, ditemukannya situs megalitik di kawasan Pagaralam dan sekitarnya, diperkirakan terkait erat dengan mobilitas manusia masa prasejarah sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 tahun sebelum Masehi) melalui Sungai Musi dan anak-anak sungainya.

Data Sungai Musi


Tau Gak yaah!! Hulu Sungai  Musi Berawal dari Bukit Kelam, Kab.Rejang Lebong


Sumber  Lokasi Bukit Kelam, Air Duku, Selupu Rejang, Kab. Rejang Lebong
Elevasi 2049 meter (6725 kaki)
Muara  Selat Bangka
Elevasi 0 m (0 ft)
Panjang 750 km (466 mil)
DAS 24.000 km2 (9266.451sq mi)
Lokasi = Sumatera Selatan
Jenis = sungai Permanen
Pola = Dendritik
Kedalaman rata rata = 15-20 meter
Jembatan terpanjang yang melintasi = Ampera (1,117 m ) palembang
Kota utama yang dilalui = Tebing tinggi , Sekayu , Palembang
Pelabuhan Terbesar = Boom baru
Ambang terluar = Teluk Buyut , desa Sungsang
Lebar rata rata di ilir sebelum memasuki batas palembag = 250-300 m
lebar rata – rata setelah melewati palembang = 500 – 2 km
anak sungai utama = sungai ogan , sungai komering , sungai lematang , sungai kelingi , sungai lakitan , sungai leko , sungai telang , sungai semanggus , sungai rawas
pulau – pulau di tengahnya = pulau kerto (sebelah barat kota palembang , luas 0,5 km2) , Pulau Semuntu (di sebelah barat pulau kerto , luas = 2 km2) Pulau Kemaro ( di sebelah timur pabrik PT PUSRI, luas kurang dari 1 km2 ) , Pulau Burung ( Sebelah Timur Palembang , Luas 0,7 km2) , Pulau Payung ( Terletak di ilir sungai musi , luas = 200 km2 ) , Pulau Telang ( Pulau terbesar di sungai musi luas = 300 m2)
Fauna Khas = Ikan Belida , Ikan Pari air tawar , Ikan Pesut (punah di sungai musi)

Hingga kini Sungai Musi tetap memiliki peran besar dalam pergerakan penduduk, perdagangan, dan pengiriman barang kebutuhan pokok, meskipun tidak sebesar pada masa lalu. Berkurangnya peran Musi terutama terjadi di kawasan antara Tanjung Raya dan Tebing Tinggi di Kabupaten Empat Lawang, hingga Muara Kelingi, Muara Lakitan, Sanga Desa, Babat Toman, dan Sekayu.

Namun kerusakan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi membuat alur Musi kehilangan manfaat, dan bahkan membawa bencana. Pada saat musim kemarau sulit dilalui kapal besar karena terjadi pendangkalan dan musim hujan mendatangkan banjir karena luapan air sungai.


Titik hulu Musi terdapat di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Rejang Lebong.  

Perjalanan ke lokasi tersebut harus menembus hutan dan lereng terjal dengan kemiringan lebih dari 70 derajat. Akibat sulitnya medan yang harus ditempuh, sangat sulit untuk melakukan perjalanan ke titik hulu Musi yang berada di Bukit Kelam, Bukit Kaba TNKS.

Bukit Kelam setinggi lk. 1.959 meter dpl berada di hamparan pegunungan anak Bukit Barisan, yang menyembul di kawasan utara kota Curup Kabupaten Rejanglebong. Ada tiga bukit berbeda yang disebut masyarakat sebagai Bukit Kelam, yakni Bukit Kelam Barat, Tengah dan Timur. Di utara Bukit Kelam ke arah Kabupaten Lebong dan Kepahiang terdapat Bukit Hulusimpang, Bukit Basa, Bukit Pasu, Bukit Condong, Bukit Biring, Bukit Lalang, Pegunungan Beus dan sebagainya. Itulah gugusan pegunungan yang mengalirkan anak-anak sungai Musi, yakni: Air Dendan, Air Betung, Air Duku, Air Simpang dll.
 

Sedangkan dari sisi timur gugusan Bukit Kelam, mengalir tiga sungai agak besar: 

  • Paling utara adalah sungai Selat, yang miliuk-liuk hingga di Desa Belumai - Tanjungsanai dan bermuara di Watas Lubuklinggau terjun ke sungai Kelingi. 
  • Di selatannya mengalir sungai Apo, yang bermuara di sungai Kelingi di Desa Airapo. 
  • Dan di sisi paling selatan, di bawah rembesan Danau Mas Bestari mengalirlah hulu sungai Kelingi. Dibandingkan sungai Beliti, sungai Kelingi ternyata lebih panjang mengular-meliuk melintasi desa-desa sepanjang jalan utama lintas Kepalacurup – Lubuklinggau- Muarakelingi dan akhirnya bertemu kembali dengan “saudara tuanya” yakni sungai Musi di Muarakelingi.

Sedangkan dari Curup yang berada di wilayah pegunungan, dengan beberapa puncak tertinggi, seperti Gunung Kaba, Gunung Hitam dan Gunung Kelam. Dari pegunungan ini banyak terdapat mata air yang akan menjadi sungai-sungai besar dan kecil.

Dalam perjalanannya untuk bermuara di batang air Sungai Musi, sungai-sungai itu banyak yang akan melewati dalam Kota Curup. Kondisinya membuat Kota Curup pun seperti dibelah-belah oleh sungai, yang mengharuskan adanya jembatan untuk menghubungkan antar daratannya.

Dengan mata airnya berada di Gunung Hitam, Sungai Akar akan melewati Air Meles, lalu menjadi air terjun di Suban. Selanjutnya, setelah bertemu dengan anak-anak sungai kecil lain, batang sungai ini memotong jalan protokol di Kesambe Baru, melewati Jalan Baru, Jalan Lebong, Jalan Pasar De dan jalan ke Talang Benih (Samping GOR).

Di jurang antara Dwi Tunggal dengan Talang Benih, Sungai Akar bertemu dengan batang air Sungai Air Sengak, membentuk batang sungai baru yang dinamakan Sungai Tumburan. Di atas Sungai Tumburan sekarang telah terbentang jembatan yang menghubungkan Kelurahan Dwi Tunggal dengan Talang Benih Ujung. Sungai Air Sengak sendiri sebelumnya melewati wilayah Air Sengak dan Kelurahan Air Rambai, dimana sungai kecil ini memotong jalan protokol di pertengahan Kelurahan Air Rambai.

Jalan protokol di Kelurahan Air Putih dipotong oleh Sungai Merah. Sebelumnya sungai ini memotong jalan di Talang Rimbo Lama (dekat Rumah Potong Hewan), untuk selanjutnya melewati jurang antara Dwi Tunggal dan Rimbo Recap lalu bermuara di batang Sungai Musi.

Sebuah selokan panjang mulai dari Bendungan Sungai Kejalo, melewati jalan prokokol Curup-Lebong, hingga ke Perbo dan berakhir di batang air Sungai Musi. Selokan ini dibuat pada masa Belanda dulu untuk irigasi persawahan yang begitu luas di Kota Curup.
 

Sungai Musi yang memiliki panjang lebih kurang 750 km, melintasi dua provinsi dan 9 wilayah kabupaten/kota hingga bermuara di Laut Jawa. Ketujuh kabupaten/kota itu adalah: Kabupaten Rejanglebong, Kepahiang, PALI, Empatlawang, Musirawas, Muratara (di Muararawas), Musibanyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang. 

Dan sejarah kuno mencatat, posisi strategis sungai Musi dan kesembilan anak sungainya, dahulu kala, adalah sebagai jalur transportasi utama dari pusat pemerintahan dan perdagangan di Palembang ke wilayah Musi Uluan di zaman Sriwijaya, Kesultanan Palembang, Penjajahan Belanda dan Jepang hingga pascakemerdekaan Republik Indonesia.
 

Sungai Musi adalah saksi bisu lalu-lintas perdagangan karet, kopi, batu bara dan hasil bumi lainnya di zaman kerajaan hingga pascakemerdekaan. Sungai Musi jualah yang menjadi saksi sejarah pelarian petinggi Kerajaan Sriwijaya dan loyalisnya ketika dikalahkan oleh tentara (perompak) Cina, Majapahit, Mataram, dari pusat pemerintahan Palembang ke daerah Musi Uluan.
 

Di zaman otonomi daerah sekarang ini, kelestarian sumber air dan keselamatan daerah aliran sungai (DAS) Musi dan anak-anaknya seperti sungai Kelingi dan Beliti sangat dipengaruhi oleh keutuhan kawasan hulu Musi yang berada di Kabupaten Rejanglebong dan Kepahiang, yang notabene bukan wilayah kendali Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Musirawas serta kabupaten lain di hilirnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa di masa yang akan datang sangat diperlukan kerjasama multi-partied antarpemerintahan yang dikoordinasikan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, dalam rangka menjaga kelestarian sumberdaya air dan dampak lainnya seperti banjir dan sedimentasi sungai Musi.

 

Lagi-lagi kearifan dan kebestarian kepala daerah untuk melihat masa depan akan ancaman bencana alam adalah tanggung jawab moral yang menjadi tolok-ukur sebagai pemimpin-negarawan, bukan pemimpin dari usungan partai politik . Itulah ciri azasi pemimpin yang amanah sebagai penyelamat umat generasi bangsa di zaman kemudian. Stop penebangan liar selamatkan alam untuk anak cucu kita.