Adab Dalam Islam Berbisik-Bisik

Adab Dalam Islam Berbisik-Bisik
foto ilustrasi Adab Dalam Islam Berbisik-Bisik nikekuko.com

NIKEKUKO - Mungkin  anda pernah berbisik di depan temanmu? Atau temanmu berbisik dengan orang lain di depan mu? Bagaimana rasanya? biasa saja? Atau merasa sedih seperti tak dianggap atau tak layak bersama teman terkasih? Mungkin  saja dirimu merasa seperti musuh bagi mereka karena memang hal yang mereka bisikkan tak diberitahukan kepadamu sehingga muncul pemikiran yang aneh-aneh. Kenyataannya memang lidah tak bertulang, terlalu lunaknya ia kadang jika kita tidak menjaganya akan  mebawa kita pada hal yang merugikan diri sendiri bahkan orang lain.

Dengan bicara bisik-bisik boleh-boleh saja seperti pada kondisi tertentu saat rapat atau menonton film. Namun jika kondisi normal, bicaralah normal karena sering bisik-bisik malah bisa mengganggu pita suara.

 

Baca juga:   Penjelasan Ahlul Quran atau Teori Darwin Ahlul Qirdun?

 

Dalam Islam mengajarkan pengikutnya beradab dalam menjalani kehidupannya. Salah satunya adab Islam adalah dengan tidak berbisik-bisik. Hal ini telah ditegaskan Allah dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 114 dalam hadits Nabi.

Allah berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa: 114).

 Di dalam buku Tafsir Wanita: Penjelasan Terlengkap Tentang Wanita dalam Alquran, Syekh Imad Zaki Al-Barudi juga menjelaskan hadits yang disebutkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah berabda, “Jika ada tiga orang, maka janganlah dua diantaranya berbisik-bisik dan meninggalkan yang satu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Umar).

bn

Adab Dalam Islam Berbisik-Bisik
sumber foto ilustrasi Adab Dalam Islam Berbisik-Bisik

Sesuai dengan hadits tersebut, menurut Syekh Imad Zaki, ada empat pendapat. 

1. Apa yang disebutkan dalam hadits itu menunjukkan bisik-bisik di antara dua orang, sedangkan yang ketiga tidak diikutkan, maka tindakan semacam ini hanya akan membuat orang ketiga sedih. Perlakuan tersebut sangat berbahaya. Sedangkan sesuatu yang berbahaya itu tidak mungkin bisa dihapuskan.

2. Sesungguhnya apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut terjadi di awal-awal Islam, di mana saat itu manusia terdiri dari orang-orang mukmin, kafir, munafik, dan mukhlis. Pada awalnya Islam telah meluas, maka hal itu tidak dianggap berlaku lagi.

3. Sebenarnya apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut hanya berlaku pada saat berada dalam perjalanan, di mana seseorang kemungkinan menyangka dia akan ditipu dan dia tidak bisa membela diri
 

4. Tindakan dan perilaku seperti itu  sesungguhnya  adalah sebagai gambaran dari akhlak yang baik. Ini kembali pada pendapat yang pertama. Namun, yang benar adalah; larangan itu tetap berlaku baik dalam perjalanan atuapun tidak dalam perjalanan.

Terdapat pada dalilnya yaitu sebuah hadits yang menyebutkan itu kemungkinan ‘akan membuatnya sedih’. Juga karena Ibnu Umar pernah berjalan dengan Abdullah bin Dinar, tiba-tiba ada seorang lelaki ingin berbicara dengannya, maka dia memanggil orang keempat, kemudian orang itu dia tempatkan bersama Abdullah bin Dinar pada saat orang itu berbicara dengannya.