Sejarah Keberadaan Pawang Hujan Di Nusantara dan Dunia

Sejarah Keberadaan Pawang Hujan Di Nusantara

Nikekuko.com - Hingga saat ini, di beberapa tempat, keberadaan pawang hujan dalam pergelaran skala besar atau hajatan keluarga memang masih banyak ditemui. Mereka dianggap dapat diandalkan untuk mengundang atau menghalau hujan. Dari dulu, masyarakat Indonesia percaya bahwa cuaca bisa di-request.  


Ekistensi pawang hujan sendiri dapat diteluri dari tradisi sejumlah daerah. Dalam cerita rakyat Rejang misalnya. Masyarakat mempercayai adanya sepasang dewa-dewi yang dikenal sebagai ninik puyang.  disebutkan dulunya pernah mengajari manusia untuk mengenali tanda-tanda alam dan memperkenalkan ilmu gaib.Tabu (Larangan) Bagi Pengguna Jasa pertama tidak boleh mandi pada H-1 dan pada hari H nya. 

Yang dimaksud tidak boleh mandi tersebut adalah calon pengantin, saudara kandung, dan kedua orang tuanya tidak boleh mandi berkeramas sepuasnya seperti biasa, yang diperbolehkan hanya seperti menyiram badan seadanya saja, menggosok gigi, mencuci muka saja, tidak boleh melebih-lebihi sepuasnya mandi seperti biasanya.

Ritual ini sudah muncul jauh-jauh hari. Zaman Hindu-Budha, zaman sebelum Islam. Jadi sudah cukup tua ilmu perdukunan ini.  Mempunyai kewajiban juga untuk menyukseskan acara resepsi  atau hajatan itu dengan cara membaca mantra-mantra untuk mengalihkan, memindahkan hujan ke lain tempat.

Lainnya halnya dengan suku Rejang, masyarat Jawa biasanya lebih mempercayai pawang hujan berdasarkan primbon. Dari primbon tersebut ditemukan berbagai cara atau tradisi untuk mengendalikan hujan. Hal itu didukung oleh penjelasan budayawan Jawa Prapto Yuwono. 

 

Prapto mencontohkan beberapa cara yang tertulis di primbon Jawa itu salah satunya adalah kepercayaan bahwa melemparkan celana dalam perempuan di atas genteng dapat menolak hujan. Selain itu, juga ada tradisi menusuk cabai dan bawang untuk kemudian dilemparkan di atas genteng pula.

"Kalau orang Jawa itu bukan orang atau dukun, tetapi dia lihat primbon," kata Prapto Yuwono. "Termasuk yang dilemparkan ke atas genteng itu sebenarnya sajen juga."

Lain hal itu orang Jawa juga mengenal orang-orang pintar yang dianggap bisa memindahkan hujan. Mereka adalah para sesepuh yang dimintai doa oleh orang-orang yang memiliki hajatan dan acara tertentu. Prapto menyebut para sesepuh biasanya dipercaya memiliki mantra dan doa untuk mempengaruhi alam.

"Karena dia punya mantra, punya doa. Kalau orang semacam itu khas kesaktiannya itu dari apa yang diucapkan dia itu punya pengaruh kepada alam," jelas Prapto.

Untuk di Bali, pawang hujan dikenal dengan istilah Nerang Hujan. Biasanya prosesi nerang hujan akan dilakukan sebelum acara-acara besar dimulai. Pawang hujan di Bali umumnya menggunakan berbagai macam sajen. Orang yang dipercaya dapat mengendalikan hujan itu kemudian akan membacakan mantra guna meminta dewa menghentikan atau mendatangkan hujan.

Ritual pawang hujan suku Karo merupakan tradisi budaya lokal yang
dilaksanakan turun-temurun oleh masyarakat suku Karo di Kelurahan Tanjung Langkat, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

Ritual pawang hujan suku Karo yang hingga sekarang masih dilaksanakan oleh suku Karo di kelurahan tanjung langkat, yang mana para masyarakat setempat masih mempercayaai ritual pawang hujan tersebut guna sebagai cara membenteng turunnya hujan pada saat acara-acara tertentu salah satunya dalam acara pernikahan.  Ritual pawang hujan atau disebut natang wari sebuah nama yang biasa
disebutkan oleh suku Karo. Adapun penyebutan Suku Karo Kel. Tanjung Langkat. 

 

Pada seorang pawang hujan disebut dengan guru si natang wari. Pawang hujan sendiri diartikan sebagai seorang yang memiliki keahlian istimewah yang berkaitan dengan kekuatan gaib untuk menangkal turunnya hujan di sebuah empat pada saat waktu adanya acara tertentu.

Tak hanya di Indonesia, pawang hujan juga dikenal di luar negeri. Misal cerita Mbah Gofur Purnomo, seorang pawang hujan legendaris asal Surabaya. Dia menceritakan bahwa selama 3 dekade dirinya sudah banyak mengatur cuaca dalam acara besar seperti sepak bola dan lainnya. 

 

Tidak hanya di pulau jawa, ia juga sudah dikenal hingga luar pulau bahkan negeri seperti Sumatera, Papua, Malaysia, India, Maladewa dan acara pantai di Amerika Serikat.