Mengajarkan Sosialisasi pada Anak

 

Mengajarkan Sosialisasi pada Anak

Nikekuko.com -  Walaupun dikategorikan sebagai mahluk sosial, anak masih perlu dibantu untuk bersosialisasi dengan cara pembiasaan sejak usia dini. Diantaranya dengan cara aktif mengajaknya bermain. Permainan bisa membantu anak untuk belajar tentang sosialisasi. Dengan  prosesnya tidak langsung berjalan mulus, pasti akan ada masalah menghadang. Hal ini adalah hal yang wajar.
 

Kegiatan bermain adalah salah satu bagian paling penting dari perkembangan manusia.  Adanya bermain, anak-anak belajar mengenai diri sendiri, masyarakat dan lingkungannya. Dengan adanya  permainan pula, anak anak akan mampu mengembangkan keahlian emosi, kognitif, sosial, dan fisik. Berupa bagaimana dengan kemampuan bersosialisasi? Dan kemampuan bersosialisasi sangat penting untuk dimiliki siapa pun, karena berhubungan dengan interaksi antar sesama manusia.

Pada saat lahir, bayi sudah belajar merespon orang lain walaupun terbatas pada orang tuanya saja.Sehingga kemampuannya meningkat ketika sudah bisa merangkak dan memegang barang. Akan hal sebelum bisa berbicara, bayi belajar cepat dari orang tuanya perihal berbicara. Meski terkesan seperti monolog sebab bayi belum bisa merespon penuh, tetapi bayi mendapatkan keuntungan besar ketika dibacakan cerita atau diajak ngobrol oleh orang tua. Di usia dua tahun, anak akan mulai menikmati bermain dengan teman-teman sebayanya. Saat masa inilah kemudian dimulai periode latihan dan coba-coba untuk memantapkan kemampuan bersosialisasinya.

Mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik tentu amat bermanfaat. Sehingga keahlian ini bisa dipelajari lewat permainan. Lantas bagaimana bermain bisa membantu anak untuk bersosialisasi?

Situasi bermain, anak-anak pada awalnya tidak dibatasi oleh struktur, mereka bebas menjadi apa pun yang mereka mau. Dengan adanya bertambahnya usia, anak-anak mulai memakai aturan dalam permainan, contohnya dalam permainan petak umpet atau benteng-bentengan. 

Dalam permainan ini membutuhkan strategi dan komunikasi dengan teman sebayanya. Justru semakin besar, anak anak mulai memasukan konsep keadilan dan negosiasi dalam permainan. Akan hal ini bisa membantu anak-anak untuk memiliki fondasi dalam menyelesaikan permasalahan hidup yang nantinya akan semakin rumit.

Pada permainan yang mengharuskan anak untuk berperan menjadi orang lain, seperti ketika anak-anak memerankan karakter tertentu, mampu pula menumbuhkan rasa empati.  Sehingga pada anak-anak berlatih bagaimana rasanya menjadi orang lain yang berbeda. Memiliki empati ini sangat penting untuk kehidupan sosial sebab anak anak akan beranjak dewasa dan berinteraksi dengan banyak orang. Tanpa empati, manusia akan sulit untuk bersosialisasi dengan baik.

Tetapi, yang perlu tetap diperhatikan adalah setiap anak memiliki ciri khas kepribadian masing-masing yang berbeda satu sama lain. Ada anak yang nyaman dengan orang banyak, ada yang lebih suka berinteraksi dengan sedikit orang saja.Kita sebagai  orang tua harus memerhatikan hal ini dan menyesuaikan dengan karakter anak-anak dalam mengajari mereka bersosialisasi.

Bagaimana caranya agar permainan membuat anak lebih mampu bersosialisasi di tengah masyarakat?


Aturan dasar yang sebaiknya diikuti, seperti menggunakan rutinitas, humor, mengekspresikan rasa sayang serta memberikan kebebasan pada anak. 

Pada anak kecil apalagi balita, selain butuh bermain dengan orang tua, mereka juga butuh bermain dengan teman sebaya. Orang tua bisa menjadwalkan acara bermain bersama (playdate) dengan teman mereka. Paling  gampang adalah dengan saudaranya sendiri atau sepupu. Anak-anak  bisa bermain bersama seperti menyusun lego, menggambar bersama atau hanya sekadar berlari-lari di taman. Jangan kawatir  jika anak menunjukan perilaku yang terlihat sedikit aneh atau cemas, hal ini sangat wajar dalam proses belajar untuk bersosialisasi. Akan tetapi, sebaiknya diingat agar tidak membiarkan anak-anak bermain sendiri atau mempercayakan pengasuhan pada anak yang usianya lebih tua. Mereka tetaplah anak-anak, mereka belum memiliki kemampuan dan tanggung jawab seperti orang dewasa dalam mengawasi balita.

Sedangkan pada  anak berusia dua sampai tiga tahun, normal jika anak masih sibuk bermain sendiri dan terkesan egois. Tak perlu cemas dan memaksakan anak untuk bersikap sesuai keinginan orang tua atau membandingkan dengan perkembangan anak lain. Semestinya, berikanlah pujian jika anak berbuat baik. Hal ini akan menjadi teladan dan contoh yang menarik bagi anak tentang cara bersikap pada orang lain.

Bermain bersama menjadi penting, Mengapa?
 

Proses bermain, cenderung akan timbul konflik. Tidak perlu takut dengan konflik karena akan melatih anak untuk berkompromi atau mengenali aturan-aturan sederhana dalam hidup.  Dengan maukah anak bertukar mainan dengan temannya? Adanya bertengkar soal menggunakan mainan? Mau bermain bersama atau malah tidak mau bermain?

Semua ini bagian yang normal dari dinamika bersosialisasi. Mereka  akan belajar untuk berargumentasi dengan temannya. Pada mulanya memang akan terlihat seperti bertengkar, tetapi seiring berjalannya waktu, anak akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik.  Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dengan anak lainnya adalah sarana yang bagus untuk mengajarkan mengenai sosialisasi. Jangan takut pada pengaruh buruk atau karakter anak lain yang jauh berbeda sebab ini akan memperkaya pengalaman anak.
 

Munculnya emosi yang naik-turun pada anak balita adalah hal yang wajar. Meskipun emosinya bisa cukup intens, namun hanya biasanya berlangsung sebentar. Mereka mungkin akan berteriak histeris lalu dua menit kemudian menjadi tenang karena kembali asyik bermain.Di usia ini, anak yang sulit berbagi mainan adalah normal. Situasi bermain dengan anak lain akan menjadi ajang latihan untuk berbagi dan berinteraksi.

Memberikan fondasi bagi anak untuk mengenali emosi sekaligus belajar empati. Dilansir dari Cardiff University menemukan bahwa bermain boneka mengaktifkan bagian otak yang memunculkan empati, bahkan ketika anak bermain sendirian dengan boneka.  Mengajarkan kepada anak soal emosi, anak bisa mengidentifikasi emosi mereka sendiri dan membangun hubungan yang sehat dengan manusia lainnya.
 

Tanda-tanda yang perlu diperhatikan orang tua ketika memantau anaknya ketika sedang bermain dengan temannya?

Bagian  bermain anak juga bisa dimanfaatkan orang tua untuk memantau tumbuh kembang anak.  Anak akan tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain. Tetapi, jika anak tampak tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang tua, apalagi teman, orang tua sebaiknya waspada dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Dan apakah pendengaran dan indera lainnya berfungsi dengan baik? apakah lingkungan bermainnya cukup nyaman? Apakah ia lelah, lapar atau mengantuk?  

Apa bila mengalami kesulitan, sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak. Perlu juga diwaspadai jika anak terlalu agresif seperti menendang, menggigit, mendorong atau mudah histeris. Tingkat permasalahan serius akan lebih bisa diselesaikan jika dideteksi dan ditangani sedini mungkin.

Manfaatnya jika kemampuan bersosialisasi anak berkembang dengan baik?
 

Dilansir dari International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, anak akan lebih mudah berteman dan memiliki kesehatan mental yang baik, jika kemampuan sosialisasinya pun berkembang dengan baik.  Serta, bagaimana jika kemampuan bersosialisasi anak tidak bagus? Anak-anak cenderung akan memiliki banyak masalah ketika dewasa nanti, apalagi jika sudah memasuki sekolah, dunia kerja, bahkan ketika mereka dewasa dan memiliki pasangan.  
 

Lalu, berbagi, mengatur batasan personal, dan menyelesaikan permasalahan, semuanya berasal dari proses sosialisasi dan interaksi.  Pada saat memasuki taman kanak-kanak dan sekolah dasar, anak sudah memiliki cukup fondasi untuk bersosialisasi. Anak-anak  juga akan memahami konsep konsekuensi atas setiap perbuatan yang mereka lakukan.