Mengenal, Penyebab Terjadinya Halusinasi

 

Mengenal, Penyebab Terjadinya Halusinasi

Nikekuko.com -  Halusinasi adalah sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata. Gangguan ini dapat memengaruhi kelima panca indera. Seseorang disebut berhalusinasi ketika dia melihat, mendengar, merasa, atau mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada. Hal-hal ini hanya ada di dalam pikiran mereka. 

Pada penderita gangguan halusinasi seringkali memiliki keyakinan kuat bahwa apa yang mereka alami adalah persepsi yang nyata sehingga tak jarang menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab Halusinasi

1. Mengonsumsi Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Minuman keras dan obat-obatan seperti sabu, ekstasi dan lainnya, sering menyebabkan penggunanya melihat dan mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada. Biasanya hal ini terjadi ketika seseorang sudah kecanduan berat dengan alkohol atau obat-obatan terlarang atau sedang dalam masa sakau.

2. Efek samping dari Obat

Bila Anda mengalami halusinasi pendengaran, coba cek, apakah Anda sedang mengonsumsi obat tertentu atau tidak. Jika Anda baru mengonsumsi obat, tanyakan dokter apakah dosis yang diberikan lebih tinggi atau tidak, karena hal ini bisa memicu adanya halusinasi suara pada diri Anda.

3. Gangguan jiwa

Begitu banyak gangguan mental yang bisa menyebabkan seseorang tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, seperti halusinasi. Dalam halusinasi pendengaran rentan dialami oleh orang-orang yang mengidap skizofrenia (biasa disebut “gila”).

Namun kadang, hal ini juga bisa disebabkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk

    a. Gangguan bipolar
    b. Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder)
    c. Depresi berat
    d. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
    f. Gangguan skizoafektif

4. Migrain


Kerapkali, jika Anda terkena migrain Anda merasa pusing, mendengar suara-suara, ataupun melihat hal yang sebetulnya tidak ada. Hal ini rentan dialami, terlebih jika Anda juga mengalami depresi

5. Penyakit Alzheimer dan Tumor Otak

Pada penyakit degeneratif otak seperti Alzheimer, demensia, Parkonsin dan jenis penyakit pikun lainnnya, rentan membuat pengidapnya berhalusinasi mendengar sesuatu. Sebaian beberapa orang, suara-suara tersebut bahkan terdengar sangat nyata dan bisa diikuti oleh gambaran visual yang meyakinkan.

Dari pada itu, halusinasi pendengaran juga bisa dialami oleh orang-orang yang memiliki tumor otak. Terpenting,  bila tumor berada di bagian otak yang berhubungan dengan indera pendengaran.

6. Penyebab lainnya

Beberapa hal lainnya yang dapat menyebabkan Anda mendengar sesuatu yang tidak nyata, termasuk:
 

  • Kekurangan waktu tidur, misalnya begadang hingga berhari-hari
  • Demam tinggi menyebabkan delirium, kondisi penurunan kemampuan untuk memusatkan perhatian sehingga Anda
  • menjadi linglung, mengalami disorientasi, dan tidak mampu berpikir secara jernih.
  • Penyakit dengan stadium akhir seperti pada kanker, AIDS, atau gagal ginjal dan liver.
  • Cacat indera pendengaran dan pengelihatan
  • Epilepsi 
  • Isolasi sosial, terutama pada lansia


Jenis Halusinasi

Halusinasi penglihatan (visual)

Halusinasi visual melibatkan indera penglihatan, seolah seperti melihat sesuatu namun benda tersebut sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual bisa melihat berupa suatu objek, pola visual, manusia, atau cahaya. Seperti contohnya, Anda mungkin melihat seseorang yang sebenarnya tidak berada di ruangan, atau melihat lampu berkedip yang tidak dapat dilihat orang lain.

Halusinasi sentuhan (taktil)

Halusinasi taktil melibatkan perasaan sentuhan atau gerakan di tubuh Anda. Misalnya, Anda merasa seolah disentuh atau digelitik seseorang, padahal tidak ada orang lain di sekitar Anda. Anda mungkin merasa bahwa ada serangga yang sedang merayap di kulit atau di organ-organ dalam tubuh Anda, atau merasa seolah ada semburan api yang membakar wajah Anda.

Halusinasi pendengaran (audio)

Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum terjadi, yang menyebabkan seseorang mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain. Anda mungkin mendengar seseorang berbicara kepada Anda atau memberi tahu Anda untuk melakukan hal-hal tertentu. Suara itu bisa berupa suara marah, suara netral, suara mesra, suara lantunan musik, percakapan, tawa, bahkan langkah kaki seseorang.  Seperti contohnya, Anda seolah mendengar seseorang sedang berjalan di loteng, padahal tidak ada siapa-siapa di loteng. Keadaan ini adalah gejala yang biasa terjadi pada skizofrenia, gangguan bipolar, atau demensia.

Halusinasi pengecapan (gustatorik)

Halusinasi pengecapan melibatkan indra perasa yang menyebabkan seseorang merasakan sensasi bahwa sesuatu yang dimakan atau diminum memiliki rasa yang aneh.  Seperti contohnya, seseorang mengeluh karena merasakan atau mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada penderita epilepsi.


Halusinasi penciuman (olfaktorik)

Halusinasi penciuman melibatkan indera penciuman. Seseorang mungkin mencium aroma wewangian atau justru bau yang tidak sedap atau merasa bahwa tubuhnya berbau busuk padahal nyatanya tidak.

Tahapan Halusinasi

Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

a. Sleep Disorder

Halusinasi tahap awal sesorang sebelum muncul halusinasi. Karakteristik. Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Supaya makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan support system yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Perilaku. Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.

b. Comforthing

Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: Cemas sedang. Karakteristik. Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas. Klien cenderung mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika cemas dapat ditangani. Perilaku. Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

c. Condemning

Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikkan: Cemas berat. Karakteristik. Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Perilaku. Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang, dan terkadang asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.

d. Controling

Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: Cemas berat. Karakteristik. Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Perilaku. Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja, ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.

e. Conquering

Conquering adalah tahap halusinasi panik: Biasanya menjadi melebur dalam halusinasi. Karakteristik. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku. Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, ketidak mampuan berespon terhadap lingkungan.

 

Proses Terjadinya Halusinasi

Gangguan jiwa skhizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi tingkah laku, sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti bicara sendiri, marah, atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

 

Sama dengan hal dapat bersikap mengamati orang lain yang tidak bicara atau benda mati yang seakan-akan berbicara padanya. Halusinasi merupakan tanda khas dari gangguan skhizofrenia dan merupakan manifestasi dari metankolia involusi, psikosa, depresi, dan sindrom otak organik.
Cara mengatasi Halusinasi

Halusinasi adalah kondisi yang bisa dikendalikan, meskipun tidak bisa dijamin akan sembuh seratus persen. Tergantung pada penyebab halusinasi, dokter akan merekomendasikan perawatan yang paling efektif. Rencana perawatan dapat meliputi:

    Obat-obatan

Pengobatan diresepkan menurut penyebab halusinasi. Jika Anda berhalusinasi akibat berhenti mengonsumsi alkohol, Anda membutuhkan obat-obatan yang berfungsi untuk menenangkan sistem saraf. Jika halusinasi disebabkan oleh penyakit Parkinson diobati dengan demensia, pasien mungkin perlu menggunakan jenis obat lain.

    Konseling psikologis

Konseling juga berperan penting dalam mengatasi halusinasi, terutama apabila halusinasi disebabkan oleh kondisi kesehatan mental. Konselor dapat membantu pasien mengerti lebih dalam mengenai kondisinya dan memberikan strategi untuk mengatasinya. Sangatlah penting terutama bagi pasien yang menderita paranoid.

Perbedaan Halusinasi dan Delusi

Delusi adalah jenis gangguan mental di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan. Sedangkan halusinasi merupakan gejala yang ditandai dengan adanya sensasi yang diproses oleh otak dan dapat mempengaruhi kerja indra seseorang.

Pengertian tersebut, baik delusi dan halusinasi adalah kondisi dimana seseorang mengalami hal yang tidak nyata. Delusi adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sedangkan halusinasi merupakan gejala saat indra seseorang mengalami hal yang tidak nyata.