Kisah Sahabat Rasulullah ﷺ , Abdurrahman Bin'auf

Kisah Sahabat Rasulullah  ﷺ , Abdurrahman Bin'auf

Nikekuko.com -  Dari sekian banyak sahabat Rasulullah ﷺ  , Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang paling kaya.  Ia dikisahkan pernah memborong dagangan dari kota Syam dan dibawa pulang ke Madinah.
 

Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya.

Beliau yang terlanjur kaya, sehingga sering disindir oleh Rasulullah ﷺ, bahwa Abdurrahman akan masuk surga dengan berjalan merangkak.

Bila saat ini kita sibuk mengumpulkan harta, jika saat ini pikiran kita disibukkan dengan memperbanyak keuntungan dari perniagaan, dan jika saat ini waktu kita dihabiskan untuk dunia tanpa memperbanyak kebaikan untuk bekal akhirat, mungkin kita belum mengenal  dan mengetahui kisah salah satu sahabat yang berupaya keras agar dirinya jatuh miskin sehingga ia tidak memiliki harta sepeserpun.

Ia adalah Abdurrahman bin Auf salah satu sahabat nabi yang kaya raya dan gemar bersedekah.  Orang tua ibunya bernama Shafiyah, sedangkan ayahnya bernama `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Harits bin Zahrah. Kebanyakan orang senang mempunyai harta melimpah, namun berbeda dengan Abdurrahman bin Auf. Memiliki harta yang dipunyainya, Abdurrahman bin Auf justru menangis karena khawatir dirinya akan memasuki surga paling terakhir.
 

Pada suatu ketika Rasulullah ﷺ berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama.  Hal ini didengar olehnya, Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal.
 

Usai,  perang tabuk, kurma yang ditinggalkan para sahabat di Madinah menjadi busuk sehingga harga jualnya jatuh. Terdengar oleh Abdurrahman bin Auf, ia langsung menjual semua harta yang ia punya untuk membeli semua kurma busuk milik para sahabat dengan harga standar kurma yang belum busuk.

Sehingga para sahabat bersyukur karena kurma yang mereka khawatirkan tidak akan laku, tiba-tiba diborong semuanya oleh Abdurrahman bin Auf.  Semua sahabat gembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun Abdurrahman bin Auf yang teramat senang dan ia berharap akan jatuh miskin.

Akan tetapi, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman.  Ia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga raja Yaman mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk.  Pendapatnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu.
 

Pada akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.  Disaat Abdurrahman bin Auf merelakan semua hartanya agar ia jatuh miskin, disaat itu pula Allah memberikan keberlimpahan harta berkali-kali lipat untuknya, Masya Allah, Allahuakbar!.
 

Abdurrahman bin Auf diberi makanan, padahal ia sedang berpuasa pada saat itu.  Beliau pun mengatakan, “Mush`ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku.  Namun,  ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Begitu juga dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku.  Waktu meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini,” kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.

Pihak lain, Naufal bin al-Hudzali berkata, “Abdurrahman bin Auf teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang ke rumahnya dan mandi. Usai itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis.Mereka bertanya, “Wahai Abu Muhammad (panggilan Abdurrahman bin Auf), apa yang menyebabkan kamu menangis?” Ia menjawab, “Dahulu Rasulullah ﷺ meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair.  Saya tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.”

Di zaman Rasulullah ﷺ Abdurrahman bin Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya ia peroleh dari hasil perdagangan. Abdurrahman bin Auf meninggal diusia 72 tahun dan dikubur di pemakaman baqi, saat itu Utsman bin Affan ikut menyalatkannya.

Sangat banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah Abdurrahman bin Auf yang berusaha ingin jatuh miskin karena takut kepada Rabbnya.  Akan tetapi kita adalah kebalikannya, berusaha sekuat tenaga untuk menjadi seorang yang berlimpah harta. Semoga Allah membimbing kita untuk bisa meneladani Abdurrahman bin Auf, seorang kayaraya yang dermawan.