Awal Mula Suku Rejang

Gadis Rejang tempo dulu sedang melakukan tarian Kejei

Suku Rejang memiliki cukup banyak unsur dalam cara mengekspresikan budaya termasuk sejarah, bahasa, aksara, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan, mata pencaharian dan teknologi, dan sistem religius dan artistik. Salah satu kesenian di masyarakat Rejang yang sudah ada secara terus-menerus dilestarikan sampai sekarang adalah Upacara Kejei. 

Kejei ini adalah perayaan Kemeriahan akbar atau acara besar yang diadakan oleh masyarakat Rejang seperti nikah (kemtuk), khitanan (temtok puguk), menusuk (menindik), dan melepaskan niat atau sumpah (mpas sot sangei). Pada Upacara Kejei diawali dengan tarian pengiring, namun untuk melakukan kegiatan tersebut harus melalui proses yang di putuskan bersama, dalam tradisi Rejang, memiliki sistem pemerintahan dan hukum sendiri yang disebut dengan Kutei.

Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di pulau Sumatra, secara historis, perkembangan suku Rejang terbagi menjadi dua bagian, yaitu sejarah Rejang kuno dan  modern, diriwayatkan penyebaran masyarakat Rejang berasal dari Pinang Belapis. Beberapa tokoh mengatakan awal mula suku tersebut di pimpin oleh Rhe Jang Hyang ( yang berasal dari Mongolia).

Suku Rejang karena pada awal kedatangannya, mereka dipimpin oleh Rhe Jang Hyang dari utara menyelusuri rute barat. Mereka biasa bergerak, atau tinggal di gua-gua, maupun mendirikan pondok kecil yang di sebut serundung dan mampu bertahan hidup dengan  peralatan sederhana. Setelah bertahun-tahun tinggal di hutan, mereka akhirnya menetap, mendirikan sebuah desa bernama Kutai Nuak, di daerah Napal Putih, Bengkulu Utara. Rhe Jang Hyang meninggal, Konon, diusia 120 tahun dan penggantinya adalah cucunya yang bernama I Daey Lian yang memimpin tempat baru bernama Kutai Pinang Belapis.

Di sinyalir pada mulanya Kutei ini berawal  dari Kutei Pinang Belapis, pada masanya sistem kekuasaan berada di kawasan yang terletak di antara Kab. Lebong  dan Kab. Kerinci. Selama kepemimpinan I Daey Lian, Kutai Pinang Belapis telah berkembang dari berbagai segi pola kehidupan, tetapi pada masa kepemimpinan pertama Daey Lian hanya berlangsung selama 67 tahun, dan kemudian dia meninggal, kemudian puncak kepemimpinan digantikan oleh Suto Da Eng. 

Selama kepemimpinan Suto Da Eng, banyak perselisihan terjadi karena kebijakannya dinilai terlalu keras. Suto Da Eng merubah sistem dan pola kepemimpinan yang telah dibuat oleh kepemimpinan sebelumnya. Akibatnya masyarakat Pinang Belapis harus hidup mandiri, akan tetapi tidak bisa bergantung pada kelompok lain. Akhirnya, Suto Da Eng bermigrasi (diriwayatkan dari berbagai sumber Suto Da Eng bermigrasi ke kawasan Kalimantan), dan kemudian kepemimpinan digantikan oleh Jun Jung Bumay. 

Selanjutnya kerajaan Pinang Belapis terus berkembang, kemudian seluruh keturunan keluarga Rhe Jang Hyang dipanggil "Jang" atau tun jang, sesuai dengan panggilan harian Rhe Jang Hyang nama panggilan yang menetap dan memiliki wilayahnya sendiri. tun Jang ini kemudian disebut dengan suku Rejang.

Semoga Bermanfaat, mohon maaf atas kekhilafan dan tutur kata yang kurang berkenaan,.(dikutip dari berbagai sumber) stabik magea udi sedayo ne,.wassalam. (Lilo)