Tarian Kejei Ta'ei Jang

tarian kejei ta'ei jang
foto permits by @Diaria Tutandi 



Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang ditampilkan pada masa upacara adat, atau perayaan terbesar di suku Rejang. Tarian Kejei ini seakan mengatakan bahwa hajatan terbesar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang. 

 

Dalam perayaan, mereka menyebelih  beberapa kerbau, kambing atau sapi sebagai sebuah syarat dalam prosesi suatu upacara adat. Tariannya dilakukan oleh anak muda-mudi di tengah pedesaan biasanya dilakukan pada malam hari. Tarian ini hanya dilakukan pada upacara besar seperti panen raya,  tarian sebagai penyambut tamu agung, atau pesta seperti pernikahan (Kemtuk), sunatan (temtok puguk), menindik telinga bayi perempuan, dan melepaskan nazar atau sumpah (mpas sot sangei). Oleh karena itu, untuk melaksanakan tradisi tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama yang harus direncanakan terlebih dahulu, karena untuk melakukan kegiatan Kejei melibatkan banyak orang dan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi serta aturan yang mengikat untuk melakukan tarian Kejei.

 

Upacara Kejei merupakan suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan oleh segelintir orang maka muncul  kata "Kejei" yang berarti "Bekerja", tarian Kejei awalnya dinamai dengan Ta'ei Jang, dan tarian ini dilakukan pada saat itu, sedang berlangsung pesta besar yang disebut dengan pernikahan Biku Bermano dengan Putri Senggang.

 

Biku Bermano merupakan  pemimpin biksu dalam sejarah era modern, Biku Bermano datang bersama ketiga saudara dari Kerajaan Majapahit
(Jawa), masing-masing Biksu ini bernama, Biku Sepanjang Jiwo, Biku Bejenggo, dan Biku Bembo. Mereka berempat adalah biksu Buddha , namun mereka bukan saudara kandung melainkan mereka berempat hanya memiliki hubungan  kekerabatan di sekolah keagamaan di Kerajaan Majapahit. Kedatangan mereka dimaksudkan untuk menyebarkan ajaran keagamaan yaitu Budha. 

 

Selama pernikahan Biku Bermano dan Putri Senggang berlangsung, ada Penei ditengah penari, sebagai pembatas antara penari wanita dan pria. Penei adalah simbol dari Kutei, simbol kesejahteraan bagi masyarakat Suku Rejang, sekaligus menjadi simbol kemakmuran bagi orang Rejang. Penei dalam suku Rejang terdiri dari dua bentuk, yaitu Penei untuk meket pai (mengikat padi) dan Penei untuk keperluan upacara yaitu mengadakan gung kecintang dan pentas tari kejei pada upacara adat.

 

Dalam masyarakat suku Rejang, adat perkawinan adalah sebuah perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan dari rasa hormat dan martabat, dengan mengadakan prosesi pernikahan turut serta menjunjung adat yang di dalamnya pelaksanaannya akan mencerminkan status sosial keluarga menjadi tuan rumah perayaan tersebut.

 

Terima kasih, semoga bermanfaat mohon maaf atas segala kekurangannya,.akhir kata,.Wassalam. (Lilo