Bikhu Legend Suku Rejang

suku sembilan
Suku Sembilan

BAGIAN I

Suku Rejang memiliki history yang sangat menarik untuk dibahas, berawal dari pertanyaan sederhana, Siapa, Dimana, Kapan dan pada Masa Apa?,.namun beberapa teori sejarah mengungkapnya meskipun dengan penjelasan dan bukti yang masih sangat samar.

Renah Selangkawi atau juga bisa di sebut dengan Pinang Belapis, Kelompok Suku Bangsa Rejang ini berpusat di daerah tersebut (Kab. Lebong saat ini), Masa tersebut seiring masa Palembang masih bernama "Selebar Daun" dan Bengkulu dikenal dengan "Limau Nipis"Atau "Sungai Serut". Pada masa ini kelompok Suku Rejang membagi wilayahnya menjadi 4 marga yang berasal dari 4 Petulai atau Jurai (keturunan). Kepala masing-masing empat Petulai ini di sebut dengan "Ajai", Ke empat Ajai tersebut adalah:
    • Ajai Bintang
    • Ajai Siang 
    • Ajai Gileng Mato
    • Ajai Teak Keteko
Dari Keempat Petulai atau marga inilah yang di rajakan untuk mengatur dalam penetapan aturan adat untuk menjalani norma-norma kehidupan pada masa itu, yang pada akhirnya sebutan Petulai disebut sebagai "Pesirah", dalam bahasa Sanskerta: Syrah, artinya Kepala Kaum.

Kerajaan Majapahit yang sangat berjaya pada saat itu, kerajaan ini menguasai Nusantara termasuk kepulauan Sumatra, Majapahit  memberi pengaruhnya pertama kali di komunitas Rejang dengan mengangkat Pesirah pertama kali adalah:

    • Tuan Bikhu Sepanjang Jiwo (Tubai)
    • Tuan Bikhu Bermano (Bermani)
    • Tuan Bikhu Bembo ( Juru Kalang)
    • Tuan Biku Bejenggo (Selupu)

Dari Tuan Bikhu Sepanjang Jiwo naik ke atas tahta dan digantikan oleh keturunannya yaitu Rajo Megat, selanjutnya menyusul Raja Mawang yang memiliki hubungan darah dengan Ratu Agung yang berkuasa di Kerajaan Sungai Serut. 

BAGIAN II

Masuknya Islam ke Bengkulu tidak terlepas dari perkembangan Islam di Indonesia sejak abad ke- 13 yang dirintis dari abad ke- 8. Di pulau Sumatra sendiri telah banyak kerajaan Islam seperti kerajaan Samudra Pasai di Aceh dll. Imam Maulanan Ichsad di tahun 1336, beliau keturunan Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali Bin Abi Thalib. Beliau datang ke Bandar Sungai Serut, pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1336 M/ 18 Jumadil Awwal 736 H. Beliau adalah pelopor pelaksanaan upacara Tabot di Bengkulu. Kemudian Syekh Abdurrahman yang serombongan dengan Imam Maulana wafat beberapa bulan kemudian tepatnya pada tanggal 12 April 1336 M/ 21 Sya'ban 736 H dan dimakamkan di Bengkulu. 

Tengku Malim Muhidin di tahun 1417, seorang Da'i dari Aceh yang datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut, kawasan lematang Ulu, ia berhasil mengislamkan Ratu Agung, sang penguasa Kerajaan Sungai Serut pada saat itu, ini menandakan Islam telah berpengaruh di wilayah pesisir Bengkulu. 

BAGIAN III

Dimasa lalu Sungai Serut merupakan pusat perdagangan bagi para peniaga dan pengepul rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pedagang dari penjuru negeri, 

Pada peta kuno disebutkan nama- nama pelabuhan, dalam peta pelayaran 1411 M yang hanya menyebut beberapa negeri yang disinggahi perahu layar pemiliknya. Di pulau Sumatra terdapat kota pelabuhan termasuk provinsi Bengkulu dengan sebutan Lu-Shiangshe. 

Nama negeri Banten sebelumnya hanya dikenal dengan sebutan Laboh (Pelabuhan). Sebutan nama itu kental terdengar dari Fhathahillah saat tiba di tanah Banten, dalam naskah kuno disebutkan kedatangan Fhathahillah ke Tanah Banten disambut oleh Pamannya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin Al Pasee di Laboh (labuhan Atau Pelabuhan) pada tahun 1521 M. 

Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun 1468 dan dari laporan Hasssanuddin Al Pasee, "Tarian Kejei" ini pertama kali dilaporkan. Namun 68 tahun kemudian, ada pula keterangan dari Fhathahillah Al Pasee, yang pada tahun 1532 berkunjung ke tanah redjang. Tari Kejei pertama kali dibawakan saat pernikahan Putri Senggang dengan Bikhu Bermano., yang menurut kisahnya buku pelaksanaan "kejei" tersebut disimpan di dalam perut Bikhu Bermano.

Kesimpulan

Dari berbagai Teori mengenai kisah Bikhu yang sangat melegenda ini, di masa apakah mereka  datang ke tanah Rejang masih sangat sulit dilacak untuk diketahui karena minimnya artifak, atau peninggalan yang berkaitan secara langsung, namun dengan mengaitkan peristiwa BAGIAN I, II, III, membuktikan peristiwa tersebut pernah terjadi, bila kita mundur ke belakang dari tahun 2021- 1532= 489 tahun, jarak generasi kita dengan keturunan terdekat para Bikhu yang melegenda tersebut.. Wallahu a'lam bish-shawabi.

Terima Kasih, semoga bermanfaat mohon maaf atas kekhilafan dan ada penuturan yang salah,. (dikutip dari berbagai sumber)