Mari Kita Belajar menjadi Juru Rasan Adat Rejang

mari kita belajar menjadi juru rasan adat rejang
Pakaian adat Suku Rejang

 

Sebelum menuju kerumah keluarga perempuan pihak laki-laki terlebih dahulu menyampaikan kepada para utusan tentang apa yang telah dimintakan pihak perempuan dalam kesepakatan terdahulu. Bertindak sebagai kepala rombongan biasanya kepala kampung, Kadus,ketua RT/RW, Ketua Adat atau pengurus BMA setempat atau utusan dari keluarga yang ditunjuk sebagai "juru rasan" dari pihak laki-laki. Dan Alat-alat upacara yang perlu dibawa pihak laki-laki adalah Bakul sirih beserta perlengkapannya,

Barang bawaan ditempatkan ditengah ruangan yang dikelilingi oleh para sanak famili dari kedua belah pihak dan perangkat desa, kemudian juru rasan dari pihak dengan membawa bakul sirih minta ijin (biasanya juru rasan tersebut sebelumnya telah diberi petunjuk kemana dia harus melangkah), Menemui Rajo (Kades/Kadus/RT/RW) untuk meminta ijin agar bisa menemui pihak ahli rumah, ketika berhadapan dengan sang Rajo, juru rasan menyuguhi sirih sambil berkata:

Mengucapkan Salam atau pamit Rajo


"Dio ade iben sapie daet, ade iben de picik nik, gambea depeak alus, maro ba ite kemcep iben yo, minget rian bi pacak mengecek adat bi ngecibea, adat ni yen lembago ni yen adat beak nyoa pinang gemlung kapung, adat temtung gais pigie, coa te minget adat te dete, sikup ngen tumbuk, kesajen nikup silo, jano igei ngen kumu yo ba di betegen bejolok namo, bekurai bak manau, beulu bak tebat, beilo bak danau, betutun bak jalo, bepusat bak tangguk, bemulo bak usul di pekalang, bejanjei menunggeu, besaksei pitung ado, adat das penan, plat pelakat, pelat dalen bekenek, pelakat dalen tuun. Jano igei ngen kumu yo, dibetegen bejolok namo, penan keme bekadeak bekadeu, kumu yo pacak mengembuk abis, mengacung putus. Dio uku ade ba peloa penyayo sado dituwei, kundie kulot, lak merambak pemaneu, lak semapie rambak kece, kalew ami alang magea periteak, amai alang magea penyayo, ngen peloak, lak keme semapie ne, kirone ati nam, keme mbot coa kulo sakut ne sado o ba kileak".  

artinya: 

Ini ada sirih yang ingin kami sampaikan (maksudnya kepada Raja), sirih dan gambir ada sedikit, marilah kita mencicipi sirih ini, mengingat lancarnya kata dalam berbahasa, adat yang sebenarnya adat adalah adat kampung, adat yang digariskan di dalam kampung, kalaulah kita tidak mengingat adat kita yang lama ini, maka ada yang terasa kurang, apa lagi dengan Raja sebagai orang ternama, berbuah banyak seperti enau, kehulu bagaikan tebat, kehilir bagaikan danau, bertuntun seperti jala, berpusat seperti tanggung, berawal dan bermula, berjanji menunggu, siap menjadi saksi mempunyai adat, mempunyai tempat naik, mempunyai tempat turun. Dengan sang Rajalah kami bercerita dan mengadu, Raja yang memakan habis, memotong pun putus, Saya ini datang atas perintah dari tua-tua dari hilir dan ulu, Sengaja datang kesini untuk menyampaikan suatu pembicaraan. Kalau tidak ada halangan berdasarkan perintahnya, kami menyampaikan pembicaraan itu. tetapi kalau masih belum bisa kami juga tidak keberatan untuk menunggu, sekedar itulah yang ingin kami sampaikan.

Rajo:
 "Iben keme temimo,kemleak sado giade, peloa penyayo kundie puko umeak bik ade kete, cigei kulo alangne, kalew kumu yo ade kelak ngen pemanew, kadeak ba".


artinya: Sirih ini kami terima, melihat semua yang ada, semua anggota yang diutus tuan rumah sudah hadir semuanya, sepertinya tidak ada halangannya, sekiranya ada yang ingin disampaikan kami persilahkan.


Juru rasan:
 "Amen alang ne cigei, dio keme lak madeak peloa penyayo sado gituwei, keme ade mbin kecek, ade lak merambah, ade kulo lak mebicang, kasen titik menitik, kundie kulot e. Dio keme minai izin, serto o kulo keme minai tulung ngen api keme semapie ne".

 

artinya: "Bila tidak ada halangan, kami ini ingin menyampaikan suruhan dari para yang tua, kami membawa pesan,sesuatu yang ingin dibicarakan, perundingan anak- anak dari hilir, untuk itu kami minta ijin, dan kami juga minta petunjuk kepada siapa akan kami sampaikan maksud kami ini.


Rajo:
 "Ijin keme mageak, uyo konjoak ba iben ngen "unu"

artinya: Izin kami berikan, sekarang berilah Sirih ini kepada "Anu"

Juru rasan:
 

"Jijei ba, ijin bi keme dapet, uyo keme lak melajut paneu keme gi ntunjuk Rajo ano".
 

artinya: Terima kasih, izin sudah diberikan, sekarang kami akan lanjutkan seperti yang disarankan Raja (mengucapkan salam dan pamit)


Setelah mendapat ijin dari Raja setempat, juru rasan dari pihak laki-laki, pamit kepada raja dan langsung menemui yang disarankan raja tadi(biasanya tokoh juru rasan juga dari dusun setempat). Ketika para juru rasan sudah saling berhadapan, inilah acara inti dari upacara mengasen, para juru rasan saling berbalas kata bertuah dengan makna yang sangat dalam, dalam keramaian upacara tersebut semua sanak famili, kerabat tetangga dan para hadirin pun terdiam, mendengarkan pembicaraan kedua juru rasa,.namun sangat disayangkan alat recorder kami mengalami gangguan teknis, sehingga kami ketinggalan kata-kata penuh makna, untuk itu kami mohon maaf, lain kesempatan akan kami perbaiki.

Terima kasih, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas kekurangan dan ke khilafan, baik itu kesalahan kata maupun penulisan,.(Lilo)

(Dikutip dari berbagai sumber)