Mirip bukan berarti sama, Cerita Lalan Belek, Bidadari yang telah pergi


Nikekuko- Khanzanah sastra Indonesia terdapat sangat beragam versi cerita mengenai bidadari, namun tentu saja cerita tersebut memiliki kisah dan makna tersendiri dari setiap etnis yang memilikinya. Dari setiap daerah yang mempunyai cerita mengenai bidadari memiliki variasi dan versi yang berbeda seperti:


1. Jumlah Bidadari

2. Lokasi Munculnya Bidadari

3. Pantangan/ Syarat


Di kutip dari Badan Bahasa Indonesia, Cerita daerah yang berhubungan dengan bidadari setidaknya sampai saat ini baru meneliti sekitar 26 cerita bidadari dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, yaitu:


1. Malem Dewa, cerita rakyat Aceh

2. Putri Bensu, cerita rakyat Aceh, Gayo

3. Tupai Malimdewa, cerita rakyat Aceh Selatan

4. Si Boru Leang Nagurasta, Sumatra Utara Batak Toba

5. Mambang Linau, cerita daerah Riau

6. Sindang Belawan, cerita daerah Lampung

7. Sumur Tujuh, cerita daerah Jawa Barat, Banten

8. Jaka Tarub, cerita daerah Jawa Tengah

9. Aryo Menak Kawin dengan Bidadari, cerita rakyat Jawa Timur, Madura

10. Tiga Piatu, cerita rakyat Bali

11. Rajapala, cerita rakyat Bali

12. Silang Gading, cerita rakyat Kalimantan Tengah

13. Telaga Bidadari, cerita rakyat Kalimantan Selatan

14. Mamanua, cerita rakyat daerah Sulawesi Utara

15. Mamanua dan Wulansendow, cerita rakyat Sulawesi utara, Manado

16. Manusia Pertama di Kepulauan Talaud, cerita rakyat Sulut, Sangir Talaud

17. Gumansalangi, cerita rakyat Sulut, Sangir Talaud

18. Tula- Tulano Ratono Fitu Ghulu Bidhadari, cerita rakyat Sulawesi Tenggara

19. Oheo, cerita rakyat Sulut, Kendari

20. Putri Satarina, SulTeng, Walio

21. Kacoq Parukiq, cerita rakyat Sulsel, Mandar

22. Polo Padang, cerita Toraja

23. Orang yang memperistrikan Putri dari Kayangan, cerita rakyat Sulawesi Tengah

24. Meraksamana dan Siraiman, cerita rakyat Papua

25. Putri Bungsu dari Danau, cerita rakyat Papua, Wamena

26. Putri Kayangan, cerita rakyat Papua, Ekagi.


Para pakar yang telah meneliti cerita yang mengenai Bidadari ini antara lain, Djamaris (1985) dalam bukunya (Sastra Tradisional: Sastra Indonesia Lama pada Tahap Pemulaan) . Cerita "Lalan Belek" dari Suku Rejang, berbeda dari cerita Bidadari lainnya, seperti:

MENANAK NASI

"Memasak nasi" dari cerita bidadari pada umumnya, sangatlah mudah karena bidadari tersebut masih memiliki kesaktian, berbeda dengan cerita Lalan Belek, dalam segi memasak nasi tidak di kisahkan secara eksplisit mengenai bagaimana cara lalan belek memasak nasi, namun hanya tugas Lalan Belek sebagai seorang istri biasa dengan pekerjaan rumah, seperti wanita dewasa yang telah berkeluarga lainnya, 


PERINGATAN

Bidadari selalu memberi peringatan kepada pasangannya untuk tidak membuka periuk pada saat bidadari tersebut sedang memasak nasi, akan tetapi dalam penuturan kisahnya, Lalan Belek selalu di beri peringatan secara berulang-ulang oleh pasangannya untuk tidak membersihkan langit-langit rumah (plafon) saat sang suami yang telah siap berangkat pergi untuk bekerja di kebun.


PROSES PERPISAHAN

Perkawinan beda dimensi yang berakhir dengan perpisahan, dikarenakan sang suami melanggar persyaratan yang diberikan oleh bidadari, yang berakhir dengan diketemukannya baju/ Selendang yang dapat membawa bidadari kembali ke asalnya, berbeda dengan cerita Lalan Belek, suami yang melanggar persyaratan dari bidadari, sebelum menikah, sang suami menyanggupi persyaratan dari Lalan Belek, yang mana persyaratan tersebut tidak terlalu berat, Pertama, "Jangan sekali-kali menyakiti hamba", Kedua,"Jangan menyimpan rahasia dan tidak boleh saling berbohong". Syarat tersebut disanggupi oleh Si Bujang Kurung (suami Lalan Belek). Ketika Lalan bertanya alasan kenapa setiap akan berangkat untuk bekerja, selalu diperingati untuk tidak membersihkan langit-langit rumah. Bujang Kurung naik pitam dan langsung membentak Lalan Belek dengan sangat keras, "Mengapa Kanda tega membentak Dinda yang selalu setia, bukankah kanda pernah berjanji takkan menyakiti hati Dinda?,. Proses kemarahan tersebutlah yang melunturkan perjanjian sehingga Lalan Belek mendapatkan kembali baju/ selendang dan secara berlahan pergi terbang meninggalkan Si Bujang Kurung yang tersadar, berusaha menggapai Lalan Belek yang terseduh sedih atas kejadian tersebut.

HIKMAH 

Kembalinya Lalan Belek ke Kayangan secara otomatis menggugurkan hukuman ke enam saudarinya yang dijatuhi hukuman oleh orang tuanya karena telah meninggalkan Lalan Belek seorang diri di bumi.


Terima kasih, semoga bermanfaat,. (Lilo)

(Dikutip dari berbagai sumber)