7 Filosofi Penuh Makna Masyarakat Jepang yang Akan Sulit Diterapkan di Indonesia

7 Filosofi Penuh Makna Masyarakat Jepang yang Akan Sulit Diterapkan di Indonesia

NIKEKUKO.com -  Jepang merupakan negara dengan kemajuan teknologi paling berkembang pesat di dunia. Ada banyak mesin-mesin canggih yang tercipta dan digunakan dalam keseharian masyarakatnya.

Tidak heran banyak orang yang ingin pergi ke negara tersebut, mulai dari hanya sekedar berwisata ataupun tinggal atau bekerja di sana.

Selain masalah teknologi, orang-orang Jepang juga memiliki budaya tingkah laku yang sampai sekarang masih di pegang erat dan dilakukan setiap harinya.


Budaya tingkah laku tersebut dapat dikatakan juga sebagai sebuah filosofi hidup yang sangat untuk di terapkan. Sayangnya, filosofi tersebut membutuhkan waktu yang lama dan perjuangan yang sangat berat untuk dapat  diaplikasikan di masyarakat Indonesia.

Disinyalir dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa budaya tingkah laku yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dalam kesehariannya.


Mendengar dengan Tulus

Orang Jepang sangat menjunjung tinggi rasa saling menghormati antar sesama manusia.

Hal ini dapat di lihat saat ada seseorang berbicara akan meluangkan waktunya untuk mendangarkan dengan sepenuh hati tanpa menyelah omongan yang sedang diucapkan. Hal ini dapat membuat orang lain merasa diperhatikan dan di hormati.


Jadilah Manusia

Dalam kehidupan yang serba cepat ini, maka secara tidak langsung seseorang juga harus beradaptasi dan ikut bergerak dengan cepat. Hanya saja, orang-orang Jepang memiliki filosofi hidup yang disebut dengan ikigai atau memiliki tujuan hidup. Ketika seseorang terus berkompetisi dalam hidup, maka tidak ada lagi tujuan hidup yang jelas darinya.  Yang ada hanyalah menjadi pemenang dan teratas. Hal tersebut tidak ada bedanya dengan kehidupan dan persaingan dalam dunia hewan yang tidak mengenal adap apapun.


Jangan Serakah

Memiliki banyak hobi, aktivitas atau pekerjaan, memang akan merasa bahwa diri sendiri lebih dibandingkan orang lain dan sangat multitalenta. Akan tetapi dalam filosofi Jepang justru hal tersebut tidak dianjurkan.

Diibaratkan bahwa ada seseorang yang ingin menangkap 2 ekor kelinci, karena keterbatasan tangan dan kaki, maka dia justru tidak akan mendapatkan satupun karena keserakahannya.


Itadakimasu

Mungkin banyak orang yang mengira bahwa kata "itadakimasu" itu memiliki artian "selamat makan" atau " terimakasih atas hidangannya (dihidangkan oleh seseorang)".

Namun, arti sebenarnya adalah memberikan penghormatan kepada makanan tersebut dan berterima kasih telah menjadi hidangan yang akan mengenyangkan.

Jadi dapat diartikan rasa terima kasih itu ditunjukkan kepada alam, semua hal dan juga Tuhan karena telah memberikan kesempatan untuk  tetap dapat makan.


Selalu Berterimakasih

Ojigi atau membungkukkan badan tanda terima kasih adalah salah satu ciri khas orang Jepang yang sampai sekarang masih digunakan. Penghormatan terhadap orang lain yang telah melakukan hal baik adalah dengan membungkukkan badan sebagai rasa terima kasih.

Sesepele apapun tindakan baik tersebut, rasa hormat harus tetap di junjung tinggi. Penghormatan dengan cara membungkukkan badan itu juga merupakan simbol dari kesopanan.


Selalu Bertanggung Jawab

Profesionalisme adalah salah satu yang dijunjung tinggi di dunia kerja Jepang. Oleh karenanya, Ketika seseorang sudah mendapatkan tugas yang harus di emban, maka wajib hukumnya untuk selalu Bertanggung Jawab dan menyelesaikannya tepat waktu.

Tidak perduli seberapa membosankan pekerjaan itu,  betapa berat dan melelahkan atau lainnya, tanggung jawab tetap harus dikedepankan.


Jaga Kebersihan Semaksimal Mungkin

Budaya bersih dan rapi di Jepang sudah di terapkan dan dilakukan sejak berabad-abad lalu. Hal tersebut memang terkesan sepele, namun memiliki nilai positif dan filosofi di dalamnya, yaitu ketika alam dirawat dan di cintai, maka akan ada imbal balik yang sepadan.

Contohnya saja orang Jepang asli tidak mau membuang sampah di sungai atau selokan, oleh karenanya, sungai dan selokan di Negeri Matahari Terbit itu sangat jernih.

Tak mustahil Indonesia bisa menerapkan filosofi tersebut. Namun tentu dibutuhkan waktu yang relatif lama dan perjuangan keras agar masyarakat bisa menjadikan filosofi tersebut sebagian bagian kehidupan.